Selasa 04 Apr 2017 08:33 WIB

Pakar UGM Ungkap Penyebab Tanah Longsor di Ponorogo

Red: Nur Aini
 Tim SAR gabungan mencari jenazah korban yang tertimbun longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo, Jawa Timur, Senin (3/4).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Tim SAR gabungan mencari jenazah korban yang tertimbun longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo, Jawa Timur, Senin (3/4).

REPUBLIKA.CO.ID, PONOROGO -- Kemiringan tebing, struktur batuan, perubahan tata guna lahan, dan curah hujan tinggi menjadi faktor yang diungkap tim kaji cepat Universitas Gajah Mada (UGM) sehingga longsor terjadi di Desa Banaran, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Sabtu (1/4).

"Penyebab longsor di Ponorogo ini memang cukup kompleks," kata anggota tim kaji cepat UGM Bagus Bestari Kamarulah di Ponorogo, Selasa (4/4).

Ia menyebutkan kemiringan tebing yang mencapai 60 derajat menimbulkan risiko pergeseran tanah tinggi.

Selain itu, struktur tanah dan batuan yang longsor merupakan hasil pelapukan dari gunung berapi.

"Jenis batuan itu memiliki sifat lepas-lepas, sehingga sangat rawan sekali terjadi longsor," kata Bestari.

Bagus mengungkapkan dari pengamatan yang dilakukan tim kaji cepat UGM bersama tim peneliti dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), ditemukan adanya zona lemah sepanjang 1,5 kilometer dari titik nol longsor hingga ke sisi selatan.

Sementara itu, kondisi tata guna lahan yang ada di lereng perbukitan juga cukup memprihatinkan, karena banyak dijumpai tanaman yang tidak layak berada di kawasan lereng. "Tanaman yang tumbuh di sekitar lereng lokasi longsor ini adalah tanaman jahe yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat, kemudian ada juga bambu, tanaman bambu. Jenis-jenis itu tidak cocok di tebing, harusnya di bawah tebing," katanya.

Menurut Bagus, pemicu longsor besar di Banaran adalah tingginya curah hujan yang ada di sekitar kawasan lokasi bencana. Hujan bahkan diinformasikan mengguyur selama tiga hari sebelum kejadian secara terus-menerus dengan intensitas tinggi. "Sehari sebelum kejadian itu hujan terjadi mulai dari sore hingga tengah malam. Kondisi itu memicu terjadinya serapan air dalam tanah cukup tinggi, sehingga tanah dalam kondisi jenuh air," ujarnya.

Tim kaji cepat juga melakukan kajian terhadap potensi longsor susulan dari tebing yang ada di kanan-kiri lokasi bencana saat ini. Longsor di Dusun Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo terjadi pada Sabtu (1/4) pagi sekitar pukul 08.00 WIB sehingga menimbun dan mengubur 35 rumah dan 28 warga yang sedang berladang memanen jahe dan sebagian masih di rumah masing-masing.

Baca juga: Pemda Diminta Moratorium Pembangunan di Kawasan Rawan Longsor

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement