Senin 03 Apr 2017 16:37 WIB

Kisah Korban Selamat Longsor Ponorogo

Rep: Andrian Saputra/ Red: Budi Raharjo
 Tim gabungan tanggap bencana terus melakukan pencarian korban longsor di zona B dusun Tangkil, Desa Banaran Kecamatan Pulung, Ponorogo, Jawa Timur, Senin (3/4).
Foto: Republika/Andrian Saputra
Tim gabungan tanggap bencana terus melakukan pencarian korban longsor di zona B dusun Tangkil, Desa Banaran Kecamatan Pulung, Ponorogo, Jawa Timur, Senin (3/4).

REPUBLIKA.CO.ID,PONOROGO -- Duka menyelimuti wajah-wajah korban selamat bencana longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo. Mereka bersedih, melihat pemukimannya rata dengan tanah.

Beberapa sanak saudara, tetangganya hilang, belum diketahui kondisinya. Pascalongsor yang terjadi pada Sabtu (1/4) pagi, warga selamat diungsikan ke posko Kelurahan Banaran.

Salah satu warga selamat dari bencana longsor adalah Samiyah (50 tahun). Warga dusun Krajan. Dia berusaha tetap tegar menghadapi musibah itu.

Samiyah memanjatkan puji syukur menjadi salah satu warga yang selamat dari longsoran tanah bukit Gede.Dia selamat, lantaran saat longsor terjadi Samiyah sedang belanja ke pasar Desa.

"Alhamdulillah, pagi-pagi saya sudah keluar, memang mau ke pasar beli tempe dan tahu," katanya saat ditemui Republika di posko pengungsian pada Ahad (2/4).

Samiyah mengisahkan, usai Subuh, dia pamitan kepada cucunya untuk pergi ke pasar. Sebab dia memerlukan lauk pauk, sekaligus untuk menjual beberapa ketela hasilnya berkebun. Dia pun berpesan agar cucunya itu lekas berangkat sekolah setelah dia pergi. "Saya berangkat jam enam, cucu berangkat jam tujuh. rumah kosong," katanya.

Pukul delapan, Samiyah pun kembali pulang dari pasar. Tiba di pintu masuk dusun Krajan, Samiyah bingung lantaran melihat warga berhamburan keluar. Dia pun panik, ketika ada warga menangis histeris, dalam benaknya Samiyah sudah menerka longsor bukit Gede terjadi saat itu.

Sebab, tentang retaknya tanah bukit Gede sudah dibicarakan warga jauh-jauh hari sebelumnya. Karena itu juga, dia pun sudah terlebih dulu menitipkan ibunya (mbok) di pemukiman yang warga yang lebih tinggi lokasinya dari rumah tempat tinggalnya. "Saya pulang itu sudah habis, engga ada apa-apa lagi, rumah saya tidak kelihatan," katanya.

Sedang Marmi (48 tahun) yang juga menjadi korban selamat menurutkan longsor terjadi begitu cepat. Bahkan dia sempat menyaksikan detik-detik tanah runtuh, menerjang pemukiman warga. Kala itu, Marmi baru saja selesai bersih-bersih di area pekarangan rumahnya. Marmi pun kaget mendengar suara gemuruh.

Seketika itu juga, dia lari, naik ke pemukiman warga yang lebih tinggi. Beruntung, sesampainya dia di pemukiman warga lainnya, longsoran tanah sampai ke dusun Krajan bawah.

"Suaranya kaya pesawat, grudug-grudug. Saya lari sama warga lain ke atas, saya lihat tanahnya terus turun, debunya juga tebal, Terus ke pemukiman di Krajan bawah, pohon-pohon sampai terbawa juga," katanya.

Rumah miliknya pun iktu tertimbun tanah. Marmi juga kehilangan sembilan ekor kambingnya dalam bencana itu.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement