Senin 03 Apr 2017 15:06 WIB

Menteri Kehutanan Resmikan Kemah Konservasi 2017

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Karta Raharja Ucu
Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya Bakar bersama ratusan peserta Kemah Konservasi 2017 di Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Kotaagung, Kabupaten Tanggamus, Lampung, Ahad (2/4).
Foto: Republika/Halimatus Sa'diyah
Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya Bakar bersama ratusan peserta Kemah Konservasi 2017 di Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Kotaagung, Kabupaten Tanggamus, Lampung, Ahad (2/4).

REPUBLIKA.CO.ID, LAMPUNG -- Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya Bakar meresmikan Kemah Konservasi 2017 di Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Kotaagung, Kabupaten Tanggamus, Lampung, Ahad (2/4). Kemah yang diikuti 500 kader konservasi tersebut digelar untuk memeringati Hari Bakti Rimbawan dan Hari Hutan Internasional 2017.

Menteri Siti mengatakan, kegiatan konservasi lingkungan penting dilakukan karena Indonesia adalah rumah bagi ribuan jenis flora dan fauna yang menjadi kekayaan dunia. Karenanya, Kemah Konservasi digelar dengan tujuan utama menyadarkan dan mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya melindungi kualitas lingkungan hidup dan keanekaragaman hayati.

Siti menyebut, Indonesia memiliki 556 unit kawasan konservasi seluas 27 juta hektare, termasuk di dalamnya 52 taman nasional dan 118 taman wisata. Di dalam kawasan-kawasan konservasi itu terdapat 27.500 jenis tumbuhan berbunga atau sekitar 10 persen dari total populasi dunia serta 1.536 jenis burung yang setara dengan 17 persen populasi dunia.

Indonesia, sambung Menhut, juga menjadi rumah bagi 781 jenis reptil dan amphibi serta lebih dari 25 persen ikan laut dunia. Keanekaragaman hayati tersebut merupakan kekayaan yang harus dijaga kelestariannya.

"Taman nasional Indonesia sangat penting bagi dunia. Kita tidak bisa main-main mengelolanya," ujar Siti.

Karena itu, ia mengapresiasi keterlibatan para generasi muda dalam Kemah Konservasi. Sebab, dalam kegiatan tersebut mereka mendapatkan pendidikan mengenai konservasi, bahkan juga mendeklarasikan diri sebagai pejuang yang akan berperan aktif dalam kegiatan konservasi.

Dalam acara tersebut, Menteri Siti ikut melakukan kegiatan konservasi hutan dengan cara menanam bibit bakau beserta ratusan peserta Kemah Konservasi. Kemudian, ia juga melepasliarkan empat ekor elang bondol ke habitat aslinya.

Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Bambang Dahono Adji,  mengatakan kebutuhan akan konservasi terus meningkat seiring dengan masifnya pembangunan. Sebab, pembangunan ekonomi tak dapat dipungkiri memiliki dampak negatif pada lingkungan yang menyebabkan habitat satwa liar semakin berkurang.

"Jangan sampai ada lagi satwa kita yang punah seperti harimau Jawa dan harimau Bali. Dua-duanya sudah hilang sejak tahun 1980-an karena pada waktu itu pemerintah belum punya strategi konservasi," ucap Bambang.

Sekretaris Daerah Provinsi Lampung Sutono menambahkan, di Lampung sendiri ada tiga wilayah yang akan dijadikan sebagai pusat konservasi, yakni Taman Nasional Way Kambas, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan serta Taman Hutan Raya Tahurawan Abdul Rahman. Khusus untuk Taman Nasional Way Kambas, Sutono mengatakan, selain sebagai lahan konservasi gajah, lokasi tersebut juga akan difokuskan untuk tempat konservasi badak Sumatra. Adapun Taman Hutan Raya Tahurawan Abdul Rahman akan dikembangkan sebagai pusat observatorium teropong bintang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement