Senin 03 Apr 2017 03:41 WIB

Tanah Retak dan Ramalan Paranormal Sebelum Longsor Ponorogo

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nur Aini
Petugas mengoperasikan alat berat untuk mencari korban hilang tertimbun longsor di Desa Banaran, Ponorogo, Jawa Timur, Ahad (2/4).
Foto: Antara/Destyan Sujarwoko
Petugas mengoperasikan alat berat untuk mencari korban hilang tertimbun longsor di Desa Banaran, Ponorogo, Jawa Timur, Ahad (2/4).

REPUBLIKA.CO.ID,PONOROGO -- Kabar tentang retaknya tanah Bukit Gede di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, langsung menyebar. Warga dusun Tangkil melihat tanah Bukit Gede itu retak pada 13 Maret lalu. Sejak saat itu, Pemerintah Desa Banaran berkali-kali menginstruksikan agar warga mengungsi ke permukiman warga lainnya yang lokasinya lebih tinggi dari dusun Tangkil. Namun, itu tak diindahkan oleh warga.

Warga tetap beraktivitas dari pagi sampai sore hari di perkebunan yang terletak di bawah Bukit Gede. Pada malam hari, hanya sebagian saja warga yang mengungsi ke pemukiman warga di lokasi lainnya. Sebagiannya tetap bertahan, takut barang-barang berharga dan hewan ternak mereka hilang digondol maling.

"Sudah diimbau untuk mengungsi, tapi warga balik lagi. Kalau pagi kan ke kebun, mau panen jahe," kata Kepala Desa Banaran, Sarnu.

Dari telinga ke telinga, warga Tangkil menceritakan retaknya Bukit Gede ke warga dusun di desa lainnya. Itu membuat warga dari desa lain berdatangan. Mereka penasaran, melihat langsung retaknya bukit itu. Bukit Gede pun seolah menjadi spot wisata baru, diceritakan banyak warga yang datang hanya sekadar untuk berswafoto di bukit yang sudah terlihat mengalami retak itu.

Melihat makin banyaknya warga yang datang ke Bukit Gede, perangkat Desa Banaran dan warga memperingatkan dan melarang warga untuk datang lagi ke sana. Tapi, itu pun tak berhasil, ada saja warga yang tetap datang.

Bahkan sebelum longsor terjadi, warga Tangkil juga pernah mendatangkan paranormal. Paranormal itu diminta untuk memprediksikan bencana yang akan terjadi. Paranormal yang sengaja didatangkan itu pun memprediksikan bencana akan terjadi dalam waktu dekat. Lagi-lagi, paranormal yang diminta untuk memprediksi itu pun tak dipercayai warga Tangkil. Warga ngeyel, tetap ingin beraktivitas, tinggal dan berkebun di sana.

"Manggil paranormal, nggak juga percaya, padahal paranormalnya bilang bencana sebentar lagi datang katanya kalau tidak Jumat ya Sabtu," kata Bejo Sudaryanto warga setempat. (Baca juga: Cerita Kepala Dusun Soal Prediksi Tanah Longsor Ponorogo Meleset)

Sabtu (1/4) pagi, sekitar pukul 8.00 WIB, bencana longsor itu datang. Bergemuruh, tanah Bukit Gede runtuh, menimbun warga yang tengah beraktivitas di perkebunan, menghancurkan semua permukiman Dusun Tangkil. Material Bukit Gede tak hanya melumat permukiman warga dusun Tangkil. Hanya sekejap, material juga melumat Dusun Krajan yang berada di bawah Dusun Tangkil.

Pascabencana itu, 28 orang dinyatakan hilang, 28 rumah tertimbun longsor. Sementara itu, pada Ahad (2/4) siang,  tim evakuasi berhasil menemukan dua jenazah warga Dusun Tangkil yang tertimbun longsor. Keduanya yakni Katmi  (65 tahun) dan Danu Setiawan (28). Jenazah keduanya langsung dikuburkan tak jauh dari lokasi bencana longsor pada sore harinya. Sementara itu, hujan deras yang mengguyur Desa Banaran membuat proses pencarian dihentikan. Tim gabungan yang terdiri dari BPBD, Basarnas, Polri, TNI, dan relawan lainnya akan kembali melakukan pencarian korban hilang lainnya pada Senin (3/4) esok hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement