REPUBLIKA.CO.ID, PONOROGO -- Lokasi bencana yang diperkirakan menyebabkan 28 warga hilang tertimbun tanah longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, menjadi tontonan warga.
"Warga terus berdatangan sehingga membuat jalur mitigasi dan penyaluran bantuan menjadi terhambat," kata Kabid Kedaruratan BPBD Ponorogo Setyo Budiono di Ponorogo, Ahad (2/4).
Ia menuturkan, kondisi terparah terjadi pada hari pertama (Sabtu, 1/4). Saat itu warga berjubel di sekitar area terdampak longsor hingga sore bahkan malam hari. Akibatnya, kata Setyo, arus lalu lalang kendaraan bantuan terhambat. Kondisi itu masih diperburuk akses jalan yang sempit, menanjak tajam. "Petugas terpaksa menghalau warga yang terus berdatangan agar tidak mengganggu akses masuk kendaraan bantuan, ambulans, relawan, serta alat berat," katanya.
Pada hari kedua setelah kejadian, keramaian masih terjadi. Sebagian warga memaksa naik mendekati lokasi bencana dengan alasan mencari anggota keluarganya. "Warga susah diberi pengertian. Ada yang mengaku warga lokal atau mencari kerabatnya yang tinggal di Desa Banaran. Tapi sesampainya di atas cuma melihat-lihat dan swafoto. Dianggapnya ini wisata bencana," kata Suhardi, anggota Taruna Siaga Bencana Kabupaten Ponorogo.
Selain mengganggu, keberadaan warga nonrelawan disebut Suhardi menimbulkan keruwetan dalam penyaluran logistik di dapur-dapur umum yang didirikan tagana setempat. "Warga ini ikut-ikutan relawan dan petugas untuk mendapat jatah makan," katanya.
Baca juga: Cerita Kepala Dusun Soal Prediksi Tanah Longsor Ponorogo Meleset