Sabtu 01 Apr 2017 08:32 WIB

Kisah Pilu Pengidap Kanker Payudara di Gubuk Derita

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Deteksi Kanker Payudara
Foto: AP
Deteksi Kanker Payudara

REPUBLIKA.CO.ID,  INDRAMAYU -- Patinih (44 tahun) tergolek lemah di atas kasurnya yang tak lagi empuk. Tiga buah bantal yang sudah kumal ditempatkan di bawah kepala dan punggungnya sebagai penyangga agar posisi badannya sedikit lebih tinggi. Tak ada aktivitas apa pun yang bisa dilakukannya.

 

Setiap hari, Patinih hanya menghabiskan waktu di rumahnya yang tak layak huni di Desa Jangga, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu. Dia mengalami kelumpuhan total menyusul penyakit kanker payudara yang diidapnya sejak tiga tahun terakhir.

 

Rumah yang berdinding bata merah dan tripleks itu ditempati Patinih bersama suaminya, Sumarto (41) dan ketiga anak mereka yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP). Padahal, rumah sangat sederhana itu hanya memiliki satu ruangan.

 

"Jangankan beraktivitas, untuk geser badan (ngesot) saja susah," ujar Patinih sambil terisak, Kamis (30/3).

 

Patinih menuturkan, rasa sakit di bagian payudaranya sudah dirasakannya sejak 2014 . Semakin hari, rasa sakit itu semakin parah di rasakannya. Bahkan kini, payudara sebelah kanannya sudah berlubang dan membusuk.

 

Bukan itu saja, tangan kanannya pun membesar akibat bengkak. Hal tersebut jauh berbeda dengan tangan kirinya yang kurus sampai terlihat tulangnya yang menonjol.

 

Sumarto, sempat membawa istrinya berobat ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Namun, Patinih terpaksa kembali ke rumah gubuknya karena terkendala biaya. Mereka pun hanya bisa pasrah.

 

"Dokter menyarankan saya untuk operasi. Tapi karena tak ada biaya, saya hanya bisa pasrah dan sekarang begini kondisinya," kata Patinih dengan suara terbata menahan rasa pedih di hatinya.

 

Sumarto yang hanya bekerja sebagai buruh kasar memang tak sanggup membiayai pengobatan istrinya. Dengan mengandalkan pekerjaan yang tak menentu, penghasilannya hanya cukup untuk menutupi kebutuhan makan sehari-hari. Apalagi, anak-anaknya yang sudah duduk dibangku SD dan SMP juga membutuhkan biaya.

 

Namun meskipun begitu, semangat Sumarto menyembuhkan penyakit istrinya sangat tinggi. Setiap hari, dia membuatkan ramuan herbal untuk istrinya dari bahan-bahan alam dan daun-daun yang ada di sekitar rumahnya.

 

Patinih berharap ada uluran bantuan dari pemerintah maupun dermawan untuk dapat membantu biaya pengobatannya. Dia sangat berharap untuk bisa sembuh seperti sedia kala.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement