REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pilkada DKI Jakarta putaran kedua semakin dekat. Eskalasi politik pun semakin memanas. Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta meminta agar semua pihak dapat menahan diri dan memilih pemimpin untuk kepentingan bangsa.
Khatib syuriah PWNU DKI Jakarta, KH Ahmad Zahari juga mengimbau agar masyarakat memilih pemimpin sesuai dengan hati nuraninya dan bukan berdasarkan desakan atau anjuran pihak berkepentingan.
"PWNU mengimbau untuk memilih semua, siapa saja yang disenengin coblos (sesuai hati nuraninya)," ujar Azhari kepada wartawan usai diskusi publik bertema 'kepemimpinan dalam Islam' yang digelar oleh komunitas IRMA di Jakarta, Kamis (30/3).
Dalam Pilkada DKI, isu agama memang kerap dimainkan oleh beberapa pihak berkepentingan. Namun, menurutnya, persoalan pilihan tetap tergantung pada setiap individu masing-masing. Azhar pun meyakini bahwa ajaran agama pasti selalu mengajarkan kebaikan. "Tergantung individunya. Kalau agama menganjurkan untuk kebaikan ya ikutilah, kan begitu saja," ucapnya.
Terkait laporan spanduk provokatif di masjid, Azhar mengatakan bahwa rumah ibadah adalah tempat umum sehingga tidak sebaiknya digunakan sebagai sarana melakukan orasi politik, terlebih khutbah keagamaan yang bersifat takfiri dan bernada kebencian.
"Masjid adalah untuk rumah bersama, siapa saja tidak hanya untuk satu pengikut calon gubernur atau cawagub atau presiden atau bupati. Kalau dalam masjid mestinya umum-umum saja (khutbahnya) karena tidak hanya satu orang, satu kelompok. Khutbah keagamaan jangan jadi alat kampanye kebencian untuk yang berbeda," katanya.
Baca juga, Dukung Anies, Haji Lulung Dipecat PPP Djan Faridz.