REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Andi Eka Sakya mengatakan 60 persen penduduk Indonesia hidup di kawasan pesisir dan rentan terdampak banjir rob.
"Negara kita adalah negara ke empat dengan jumlah penduduk terbesar di dunia tapi sekitar 60 persen populasi kita hidup di pesisir dan sangat rentan terhadap banjir pesisir atau rob," kata Andi di Jakarta, Rabu (29/3).
Dia mengatakan banjir rob atau air pasang sangat berdampak terhadap kehidupan masyarakat pesisir baik dari segi sosial maupun ekonomi.
Andi mencontohkan seperti wilayah Jakarta, Semarang, Demak dan Pekalongan serta banyak daerah lainnya yang mengalami dampak banjir rob parah.
"Jakarta, Semarang ada banyak daerah juga, kita lihat laporan di sebuah kecamatan di Demak itu tinggal satu makam saja yang terlihat dan rob terus 'menggerogoti'. Ini perlu kami informasikan jauh hari sebelumnya agar investasi yang ada tidak rusak dan bisa terus digunakan," katanya.
Karena itu BMKG bersama instansi terkait mengembangkan sistem peringatan dini banjir rob yang sudah dimulai sejak 2013.
BMKG bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk infrastruktur, dengan Badan Informasi Geospasial (BIG) dalam hal pemetaan serta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terkait potensi kerusakannya.
Sementara BMKG yang bertugas menyebarluaskan informasi kepada masyarakat terkait ancaman rob. Kerja sama juga dilakukan dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan terkait wilayah pesisir.
Sistem tersebut akan diimplementasikan di Jakarta dan Semarang sebagai pilot proyek dengan pertimbangan kedua daerah tersebut mengalami dampak yang begitu besar akibat bencana rob.