Selasa 28 Mar 2017 08:36 WIB

Masyarakat Ramai-Ramai Ajukan Pembentukan Desa Wisata

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Andi Nur Aminah
Warga beraktivitas di desa wisata kampung Dome Desa Sumberharjo, Prambanan, Slaman, DI Yogyakarta, Rabu (15/3).
Foto: Antara/Hendra Nurdiyansyah
Warga beraktivitas di desa wisata kampung Dome Desa Sumberharjo, Prambanan, Slaman, DI Yogyakarta, Rabu (15/3).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Eksistensi desa wisata di Kabupaten Sleman rupanya menarik minat banyak masyarakat. Bahkan menurut Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Sleman, Sudarningsih, saat ini sejumlah kelompok masyarakat berbondong-bondong mengajukan pembentukan desa wisata. “Banyak yang mengajukan pembentukan desa wisata,” ujar perempuan yang akrab disapa Ning itu pada Republika.co.id, Selasa (28/3). 

Ia mengatakan, selama awal semester tahun ini, Dispar Sleman telah menerima permohonan pembentukan desa wisata lebih dari lima kelompok masyarakat. Di antaranya berasal dari Banjarsari dan Kampung Flori.

Meski belum dikukuhkan sebagai desa wisata, Dispar Sleman sudah membentuk kelompok sadar wisata (Pokdarwis) bagi Kampung Flori. Ning menjelaskan, pengukuhan desa wisata sendiri harus dilakukan setelah melalui berbagai proses.

Salah satunya, pengajuan pembentukan desa wisata harus dilakukan oleh masyarakat setempat. Walau begitu, pengajuan tersebut belum tentu dikabulkan. Lantaran Dispar harus mengecek kelayakkan desa yang bersangkutan untuk dikukuhkan sebagai desa wisata.

Usai pengajuan pengukuhan desa wisata, Dispar Sleman akan melakukan pendampingan untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) pengelola desa. Kemudian membentuk Pokdarwis dan melihat perkembangannya dari waktu ke waktu.

Jika dinilai baik, Dispar akan mengukuhkan desa yang bersangkutan sebagai desa wisata. “Dalam penilaian kita lihat potensinya apa saja. Ada kegiatan apa saja di sana. Itu kan tergantung masyarakat setempat juga,” kata Ning.

Ia mengatakan, agar bisa dikukuhkan sebagai desa wisata, sebuah desa harus memiliki potensi yang berbeda dari desa lain. Bahkan potensi yang ditonjolkan tidak boleh sama dengan desa-desa yang sudah ada. Hal ini diperlukan agar nilai jual wisata di desa yang bersangkutan bisa lebih mudah dikenali.

“Intinya harus mengajukan sesuatu yang tidak boleh sama dengan desa lain, harus berbeda,” ujar Ning. 

Adapun jumlah desa wisata di Sleman saat ini sebanyak 31 desa. Sebanyak sembilan desa masuk kategori mandiri, 12 lainnya berkembang, sementara 10 sisanya tumbuh.

Warga Kampung Flory, Surono menuturkan, masyarakatnya memang sudah lama berencana mengajukan tempat tinggal mereka sebagai desa wisata. Lantaran kampung yang mereka diami memiliki potensi flora yang cukup unik.

Di mana lahan seluas 1,5 hektar di kampung tersebut ditanami oleh tanaman hias dan buah-buahan. “Ke depannya kami memang akan menjadikan kawasan ini sebagai salah satu area wisata edukatif. Terutama untuk pelajar, dari TK hingga perguruan tinggi,” ujar Surono. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement