Selasa 28 Mar 2017 01:25 WIB

Perdebatan Agama, Pancasila, dan Negara Sudah Usai

Rep: Kabul Astuti/ Red: Hazliansyah
Pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng - Solahuddin Wahid
Foto: Republika/ Wihdan
Pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng - Solahuddin Wahid

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diskursus agama, pancasila, dan negara dipandang sudah rampung dan tidak perlu diperdebatkan. Hal itu dinyatakan sejumlah tokoh Muslim dalam Diskusi Refleksi Kebangsaan yang diselenggarakan Muslimat NU di Crowne Plaza Hotel, Jakarta, Senin (27/3).

Pengurus Ponpes Tebu Ireng KH Solahuddin Wahid, menyatakan tidak penting lagi mempertentangkan antara ke-Indonesiaan dan ke-Islaman di era sekarang ini. Menurutnya, cara untuk menjaga dan merawat ke-Indonesiaan adalah dengan menjaga perpaduan ke-Indonesiaan dan ke-Islaman yang selama ini sudah dicapai.

"Jangan lagi memperdebatkan, apakah kita ini orang Indonesia yang beragama Islam atau orang Islam yang tinggal di Indonesia. Kita adalah orang Indonesia yang beragama Islam, sekaligus orang Islam yang berbangsa Indonesia," tutur Solahuddin Wahid, Senin (27/3).

Menurut Gus Solah, memadukan Indonesia dan Islam adalah suatu modal sosial politik yang amat berharga. Jika tidak, akan selalu ditemui kondisi dan situasi penuh konflik antarumat Islam seperti sekarang. Kembali membumikan nilai-nilai Pancasila harus menjadi agenda utama seluruh anak bangsa.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa, mengatakan diskusi bertajuk "Pancasila, Agama, dan Negara" ini lahir karena adanya kegelisahan Muslimat NU terhadap format berbangsa dan bernegara yang dianggap telah melenceng dari cita-cita awal pendirian Indonesia.

Orang yang mempertentangkan Pancasila dan Islam menunjukkan bahwa sebenarnya tidak memahami Pancasila dan nilai-nilai Islam. "Perbedaan yang ada di tengah-tengah masyarakat dapat dilihat sebagai rahmat, bukan malah membuat perpecahan dan friksi," tutur Khofifah.

Menurutnya, diskusi tersebut merupakan langkah awal bagi para kader di wilayah maupun cabang untuk mengadakan diskusi serupa. Refleksi kebangsaan ini diikuti oleh 34 Pimpinan Wilayah (PW) seluruh Indonesia dan 180 Pimpinan Cabang (PC) berprestasi.

Ketua MPR RI Zulkifli Hasan beranggapan nilai-nilai Pancasila semakin lama akan semakin memudar jika bangsa Indonesia tidak menyadari dan memahami nilai-nilainya secara utuh. "Bangsa ini harus cepat menyadari dan melakukan berbagai upaya konkrit untuk memahami kembali," kata Zulkifli.

Zulkifli mengungkapkan, belakangan Pancasila hanya dijadikan sebagai aksesoris atau alat pembenar atas kepentingan kekuasaan suatu kelompok. Lebih parah lagi, ada sebagian masyarakat yang meninggalkan Pancasila dan mencari ideologi lain yang cenderung radikal dan anti terhadap keberagaman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement