Senin 20 Mar 2017 12:51 WIB

Area Pelepasan Nyamuk Ber-Wolbachia Diperluas

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Petugas menunjukan telur nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia yang akan ditempatkan pada halaman rumah warga di Yogyakarta, Rabu (31/8).
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Petugas menunjukan telur nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia yang akan ditempatkan pada halaman rumah warga di Yogyakarta, Rabu (31/8).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Eliminate Dengue Project (EDP) Yogya akan memperluas area pelepasan nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia di 12 kelurahan di Kota Yogyakarta. Langkah tersebut dilakukan untuk menekan kasus demam berdarah dengue (DBD) di Yogyakarta.

Peneliti utama EDP Yogya, Adi Untarini mengatakan sejak Agustus 2016 timnya telah melepas nyamuk ber-wolbachia di tujuh kelurahan Kota Yogyakarta yakni Karangwaru, Wirobrajan, Pakuncen, Patangpuluhan, Kricak, Tegalrejo, dan Bener. Pelepasan wolbachia di daerah tersebut menunjukkan hasil yang positif.

“Saat ini presentasi nyamuk ber-Wolbachia cukup tinggi. Di empat kelurahan kita hentikan pelepasan nyamuk ber-Wolbachia karena keberadaannya telah mencapai 60 persen,” papar Adi, Senin (20/3).

Ia mengemukakan, pelepasan nyamuk ber-Wolbachia akan dihentikan jika prosentase nyamuk ini sudah mencapai 60 persen. Kondisi ini memperlihatkan bahwa nyamuk ber-Wolbachia sudah mampu bertahan dan berkembangbiak secara alami.

“Kita akan segera melepas lagi di wilayah yang lebih luas untuk membuktikan efektivitas metode Wolbachia ini,” jelasnya. Pada tahun ini akan dilakukan pelepasan nyamuk ber-Wolbachia di 12 kelurahan di kota Yogyakarta.

Antara lain Cokrodiningratan, Terban, Pringgokusuman, Sosormenduran, Baciro, Suryatmajan, tegal Panggung, Ngupasan, Muja Muju, Kadipaten, Patehan, Wirogunan, Warungboto, Mantrijeron, Bangunharjo, serta Sorosutan. Pelepasan dimulai pada bulan Maret hingga November 2017 mendatang.

Menandai pelepasan Wolbachia tahap kedua ini EDP akan menggelar syukuran atau Kenduri Warga pada 22 Maret di pendopo Taman Siswa Yogyakarta. Pelepasan tahap kedua sendiri telah dimulai sejak awal Maret, beberapa diantaranya sudah dilepas di Terban, Klitren, Cokrodiningratan, Gowongan, Demanga, Mantrijeron.

Pelepasan akan berjalan terus hingga keberdaan nyamuk ber-Wolbachia di 12 klaster ini mencapai 60 persen. “Kota Yogyakarta kita pilih sebagai wilayah pelepasan nyamuk ber-Wolbachia karena daerah ini memiliki kasus DBD yang terbilang tinggi. Melalui pelepasan nyamuk ini harapannya bisa menurunkan angka kejadian DBD di wilayah ini,” ujar Adi.

Adapun pada 2014, EDP telah melakukan pelepasan nyamuk ber-Wolbachia di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Sejak dilepas hingga saat ini prosentase nyamuk ber-Wolbachia di kedua kabupaten tersebut cukup tinggi mencapai 80-100 persen dan tidak terjadi penularan DBD di wilayah setempat.

Kepala Bidang Pencegahan dan penanggulangan Masalah Keshatan (P2MK) Dinas Kesehatan Provinsi DIY, Elvi Effendy menyampaikan, tingkat kejadian DBD di Yogyakarta berlangsung secara fluktuatif. Namun pada 2016 kejadiannya mengalami peningkatan hingga enam ribu kasus dibanding di tahun sebelumnya sebanyak empat ribu kasus.

“Di 2016 angkanya fantastis. Kasus naik, tetapi angka kematiannya mengalami penurunan. Hal ini tidak lepas dari semakin meningkatnya pemahaman masyarakat dan kesigapan petugas kesehatan secara cepat menangani persoalan ini,” kata Elvi.

Penanggulangan DBD ini menurut Elvi, tidak hanya menjadi tanggung jawab dinas kesehatan, tetapi menjadi tanggung jawab semua pihak. Karenanya ia berharap seluruh stakeholder ikut berperan dalam penanggulangan DBD.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement