Sabtu 18 Mar 2017 16:49 WIB

Dampak dari Menyaksikan Bunuh Diri Live di Media Sosial

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Ilham
Jenazah bunuh diri (ilustrasi)
Foto: Foto : MgRol_92
Jenazah bunuh diri (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri komunitas Into the Light, komunitas yang fokus pada upaya edukasi dalam pencegahan bunuh diri, Benny Prawira menilai, orang yang bunuh diri bisa memiliki ekspresi yang bermacam-macam. Tergantung pada kesedihan dan kemarahan yang dialami.

Benny menyatakan, kasus bunuh diri secara live di Facebook bisa karena adanya kemarahan yang sangat mendalam. ''Satu satunya penjelasan yang bisa dijelaskan adalah ke arah sana. Saya tidak setuju itu hanya untuk mencari perhatian atau sensasi,'' kata Benny saat dihubungi, Sabtu (18/3).

Menurut Benny, bunuh diri secara live di Facebook berdampak tiga hal. Pelaku bisa mengeluarkan efek bunuh diri imitasi. Misalnya depresif, yang memperlihatkan ada cara keluar dari rasa sakit, yaitu melalui bunuh diri.

Kedua, dampak bagi orang yang ditinggalkan. Bahkan, dibilang penyintas kehilangan akibat kematian bunuh diri, mereka bisa trauma dan depresi. Beda dengan jenis kematian lain, karena ini kematian yang disengaja.

''Orang -orang yang ditinggalkan pun juga sebisa mungkin harus diketahui kondisinya. Kalau memang butuh perawatan ya harus dirawat,'' jelasnya.

Ketiga, lanjut dia, ketika orang-orang memberikan komentar negatif, berasumsi menghakimi atau merendahkan dia. Misalnya kurang iman, bodoh, atau kurang memikirkan anak dan hal lainnya. Saat komentar-komentar ini dibaca orang lain, yang kebetulan orang lain ini depresif, dan bisa saja ternyata bagian dari friend list, tapi tidak pernah cerita karena takut difitnah, maka orang tersebut akan takut untuk bercerita dan mendatangi ahli.

''Dan ketika ada kata-kata stigmatisasi, dia akan berpikir untuk tidak mencari bantuan sama sekali, dan semakin sulit mendorong (konsultasi) ke ahli,'' katanya.

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement