REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri komunitas Into the Light, komunitas yang fokus pada upaya edukasi dalam pencegahan bunuh diri, Benny Prawira menilai, orang yang bunuh diri bisa memiliki ekspresi yang bermacam-macam. Tergantung pada kesedihan dan kemarahan yang dialami.
Benny menyatakan, kasus bunuh diri secara live di Facebook bisa karena adanya kemarahan yang sangat mendalam. ''Satu satunya penjelasan yang bisa dijelaskan adalah ke arah sana. Saya tidak setuju itu hanya untuk mencari perhatian atau sensasi,'' kata Benny saat dihubungi, Sabtu (18/3).
Menurut Benny, bunuh diri secara live di Facebook berdampak tiga hal. Pelaku bisa mengeluarkan efek bunuh diri imitasi. Misalnya depresif, yang memperlihatkan ada cara keluar dari rasa sakit, yaitu melalui bunuh diri.
- Video Bunuh Diri Live di Facebook Jangan Disebarkan
- Heboh, Pria Ini Bunuh Diri Secara Live di Facebook
Kedua, dampak bagi orang yang ditinggalkan. Bahkan, dibilang penyintas kehilangan akibat kematian bunuh diri, mereka bisa trauma dan depresi. Beda dengan jenis kematian lain, karena ini kematian yang disengaja.
''Orang -orang yang ditinggalkan pun juga sebisa mungkin harus diketahui kondisinya. Kalau memang butuh perawatan ya harus dirawat,'' jelasnya.
- Jenazah Pria yang Gantung Diri Live di FB Belum Diautopsi
- Begini Kondisi Pria Gantung Diri yang Live di FB Saat Ditemukan
Ketiga, lanjut dia, ketika orang-orang memberikan komentar negatif, berasumsi menghakimi atau merendahkan dia. Misalnya kurang iman, bodoh, atau kurang memikirkan anak dan hal lainnya. Saat komentar-komentar ini dibaca orang lain, yang kebetulan orang lain ini depresif, dan bisa saja ternyata bagian dari friend list, tapi tidak pernah cerita karena takut difitnah, maka orang tersebut akan takut untuk bercerita dan mendatangi ahli.
''Dan ketika ada kata-kata stigmatisasi, dia akan berpikir untuk tidak mencari bantuan sama sekali, dan semakin sulit mendorong (konsultasi) ke ahli,'' katanya.