Jumat 17 Mar 2017 18:31 WIB
Pilkada DKI

Penelitian PDB, Ahok-Djarot Dinilai Efektif Manfaatkan Isu SARA

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Bilal Ramadhan
Pilgub DKI (Ilustrasi)
Foto: Republika/Mardiah
Pilgub DKI (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pusat Data Bersatu (PDB) melakukan penelitian dan evaluasi terhadap hasil pilkada DKI Jakarta putaran I. Hasilnya ditemukan, bahwa pasangan calon gubernur pejawat Ahok-Djarot dinilai paling efektif memanfaatkan isu Suku, Agama, Ras, dan antar-Golongan (SARA).

“Yang paling efektif memanfaatkan isu SARA adalah pasangan BTP-DSH (Ahok-Djarot),” kata peneliti Pusat Data Bersatu (PDB), Agus Herta Soemarto, dalam diskusi Evaluasi Hasil Pilkada DKI Jakarta Putaran I, ‘SARA, Isu, atau Fakta?’ di Jakarta, Jumat (17/3).

Ia memaparkan, Ahok-Djarot berhasil memenangkan suara di wilayah Jakarta Utara, Jakarta Pusat, dan Jakarta Barat. Sedangkan pasangan Anies dan Sandi menang di sebagian wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan.

Agus mengatakan, hampir semua pemilih di TPS yang pemilihnya berasal dari kelompok etnis dan agama tertentu memiliki tingkat partisipasi yang hampir menyentuh 100 persen pilihannya ke paslon nomor 2.

Bahkan, ia menyebut setidaknya terdapat 505 TPS yang terindikasi kuat terdapat unsur solidaritas etnis dan agama dalam mempertimbangkan pilihannya.

Seperti di TPS 22 di kelurahan Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara di mana paslon no 2 memperoleh suara hingga 501 suara. Sedangkan, paslon no 1 tidak mendapatkan suara dan paslon no 3 hanya memperoleh empat suara.

“Suara Muslim tersebar, tidak menunjukkan adanya konsentrasi di salah satu calon tertentu. Ahok yang dari sisi agama berasal dari kelompok minoritas berhasil mendapatkan suara dari kelompok Muslim dalam jumlah yang banyak,” kata Agus.

Ia menyampaikan, di wilayah yang mayoritas penduduknya merupakan pemilih non-Muslim, Ahok menang telak. Sedangkan, di wilayah yang mayoritas pemilihnya adalah Muslim, tidak ada pemenang telak. Namun, Ahok masih mendapatkan suara yang signifikan.

“Kesimpulannya, secara faktual, SARA bukan hanya sekedar isu. Pilkada DKI Jakarta putaran I terindikasi kuat melibatkan isu SARA,” ujar Agus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement