Jumat 17 Mar 2017 14:03 WIB

Lazismu Salurkan 300 Nasi Bungkus untuk Massa Petani Kendeng dan Karawang

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Petani Kendeng dan Karawang sedang menikmati makanan di Gedung Dakwah Muhammadiyah. Jum'at (17/3).
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Petani Kendeng dan Karawang sedang menikmati makanan di Gedung Dakwah Muhammadiyah. Jum'at (17/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Upaya menuntut keadilan yang dilakukan massa aksi petani Kendeng dan Karawang berlangsung pagi ini di depan Istana Negara. Petani yang berjumlah dua ratus orang lebih tersebut turut membawa 12 balita dan 20 orang anak-anak.

Sebelum melakukan aksi, para petani mendapat bantuan kebutuhan makanan dari Lembaga Zakat Infaq Shadaqah Muhammadiyah (Lazismu). Sejak semalam petani Kendeng dan Karawang berada di Gedung Pusat Dakwah PP Muhammadiyah.

Mereka menginap di Aula dan Masjid. Tapi, Majelis Pelayanan Sosial (MPS) PP Muhammadiyah memberi bantuan dua tenda karena tempat tidak mencukupi. Pemberian tenda bekerja sama dengan Dinas Sosial DKI Jakarta dan didirikan relawan di halaman depan masjid.

Syahrul Amsari dari Lazismu menilai, para petani yang ada berada di dalam kondisi yang begitu lelah, sehingga tidur saja tidak tenang. Sementara, di dalam kondisi dan suasana seperti itu, asupan makanan untuk mereka perlu disediakan, terutama untuk anak-anak.

"Sebanyak 300 ratus nasi bungkus sudah diberikan, jangan sampai mereka terkena risiko sakit karena tidak makan," kata Syahrul, Jumat (17/3).

Manager Program Lazismu, Tatang Rukhyat menambahkan, sampai dengan sore ini Lazismu akan terus melakukan pemantauan, terutama kepada kondisi anak-anak dan balita. Apalagi, mereka datang ke Jakarta dengan berjalan kaki selama tiga hari.

Ketua Harian Korps Relawan Sosial Muhammadiyah, Amirullah Hidayat, menekankan akan terus berkoordinasi dengan Pimpinan Pusat dan Lazismu. Kondisi mereka saat ini adalah sebagai mustahik, dan kewajiban membantu hak-hak mereka sebagai manusia.

"Selain persoalan hukum, masalah kemiskinan dan kesejahteraan yang dialami para petani merupakan respon dan pengejawantahan rekomendasi hasil muktamar Muhamamdiyah dan isu-isu keberlanjutan Sustainable Development Goals (SDGs)," ujar Amir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement