REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Dirjen Pengelolaan Sampah dan Limbah Bahan Beracun Berbahaya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tuti Hendrawati Mintarsih mengatakan peran anak muda didorong untuk terlibat langsung dalam pengelolaan bank sampah.
"Jakarta, Banjarmasin, dan Surabaya sudah menerapkannya. Pemerintah mendorong kota-kota lain juga memberdayakan kalangan mudanya," kata Tuti seusai membuka Rakornas Bank Sampah di Palembang, Rabu (15/3).
Ia mengatakan pengelolaan sampah harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat, tak terkecuali anak muda. Mereka ini dipadang sebagai generasi kreatif yang diharapkan mampu menyulap sampah anorganik menjadi benda-benda bernilai jual.
Dengan begitu, ia menambahkan, bukan hanya kota telah mengurangi jumlah sampah dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir tapi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. "Benda-benda berasal dari barang-barang tak berguna jika dipadukan dengan kreativitas justru sangat bernilai, bahkan terlihat bukan berasal dari sampah," tuturnya.
Untuk itu, pemerintah kota diharapkan aktif mengandeng kalangan muda dalam berbagai kegiatan terkait sampah, salah satunya sosialisasi 3R (reuse, reduce, dan recycle).
Program 3R ini harus dikenalkan sejak dini agar muncul budaya di masyarakat untuk memilah dan memanfaatkan sampah. "Sejauh ini budaya masyarakat kita masih jauh dari 3R. Tapi ke depan, jika digerakan para anak mudanya, bisa jadi terjadi perubahan sikap," ucapnya.
Perubahan sikap itu dapat ditunjukkan dengan bermunculannya bank sampah seperti yang terjadi di Surabaya yang terdata mencapai 5.000 unit. Sementara sebagai perbandingan, Kota Palembang hanya berjumlah 47 unit. "Surabaya dapat dijadikan contoh, bagaimana suatu kota yang besar tapi volume sampahnya tidak banyak," ujarnya.
Menurut Tuti gerakan dari bawah ini harus terus digalakkan karena volume sampah Indonesia pada setiap tahun terjadi peningkatan yakni dari 64 juta ton pada 2016 kini per Maret 2017 telah tembus 65 juta ton.