REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Jembatan penghubung empat kecamatan, yakni Kecamatan Terisi, Cikedung, Losarang, dan Lelea yang terletak di Desa Cibereng, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu, ambruk. Warga berharap pemerintah segera memperbaiki jembatan yang menjadi urat nadi perekonomian warga itu.
Berdasarkan pantauan, Rabu (15/3), jembatan itu ambruk di bagian tengahnya meski tidak terputus sama sekali. Ambruknya jembatan tersebut terjadi karena salah satu tiang penyangganya yang terbuat dari beton hanyut tergerus derasnya arus sungai Cipanas.
Saat ini, masih ada tiga tiang yang menyangga jembatan itu. Namun, dari tiga tiang penyangga tersebut, satu di antaranya sudah miring dan bisa sewaktu-waktu ikut hanyut terbawa derasnya arus sungai.
‘’Ambruknya jembatan ini sudah terjadi sejak dua mingguan yang lalu,’’ kata seorang warga setempat, Opih, Rabu (15/3).
Opih mengatakan, hingga saat ini, belum ada upaya perbaikan dari pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Padahal, jembatan tersebut menjadi akses utama warga di empat kecamatan yang melalui Desa Cibereng.
Akibat belum adanya perhatian dari pemerintah, masyarakat setempat akhirnya secara swadaya membuat jembatan darurat yang terbuat dari anyaman bambu. Jembatan darurat itu dipasang di atas bagian jembatan yang ambruk.
Meski kondisinya berbahaya, tetapi warga terpaksa tetap melewatinya meski harus berjalan secara perlahan. Hal itu juga berlaku bagi para pengendara sepeda motor yang tetap nekat melintasinya. Padahal, saat hujan, jembatan bambu itu sangat licin sehingga membahayakan keselamatan mereka.
Sementara itu, ambruknya jembatan di atas sungai Cipanas tersebut mengundang keprihatinan anggota Komisi IV DPR RI, Ono Surono. Anggota dewan dari dapil Indramayu-Cirebon itu sedang melaksanakan masa reses dengan mengunjungi daerah tersebut.
‘’Dengan kondisi satu tiang yang sudah hanyut dan satu tiang lainnya sudah miring, jembatan ini sangat berbahaya bagi masyarakat,’’ kata Ono.
Ono mengaku khawatir dua tiang yang masih tegak menyangga jembatan itu juga akan ikut hanyut. Ini karena, aliran sungai Cipanas saat ini sangat deras. Padahal, di atas jembatan yang ambruk itu ada jembatan darurat dari bambu yang selalu dilintasi warga setiap hari.
Ono menyebutkan, berdasarkan informasi yang diterimanya dari masyarakat setempat, tidak kurang dari 2.000 orang per hari yang lalu lalang melewati jembatan tersebut. Tak hanya itu, jembatan tersebut juga menjadi bagian dari jalan produksi pertanian di empat kecamatan itu. "Pemerintah daerah dan Pusat harus segera melakukan memperbaiki jembatan tersebut sehingga tidak berbahaya bagi masyarakat dan jalur angkutan pertanian juga tidak terganggu,’’ kata Ono.
Apalagi, kata Ono, sebentar lagi musim panen padi akan dilaksanakan. Dengan putusnya jembatan di atas sungai Cipanas itu, maka petani akan kesulitan untuk mengangkut atau menjual hasil panennya.