Ahad 12 Mar 2017 11:57 WIB

Kapal Inggris Rusak Terumbu Karang di Raja Ampat

Rep: Gita Amanda/ Red: Indira Rezkisari
Kapal feri melintas di kawasan wisata di Raja Ampat, Papua Barat, Kamis (4/6).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Kapal feri melintas di kawasan wisata di Raja Ampat, Papua Barat, Kamis (4/6).

REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah kapal milik Inggris mengalami kecelakaan pekan lalu di perairan Raja Ampat. Kapal tersebut merusak salah satu terumbu karang yang menjadi tempat menyelam paling populer di Indonesia.

Menurut laporan Mongabay, Raja Ampat memiliki kekayaan alam bawah laut yang sangat indah. Bahkan mereka menyamakan keindahannya dengan perairan Amazon.

Namun pekan lalu salah satu terumbu tempat keanekaragaman hayati terkaya di dunia rusak parah. Ini dikarenakan sebuah kapal pesiar berbendera Bahama manabrak terumbu saat air surut.

Kapal sepanjang 90 meter, Caledonian Sky milik operator Caledonia Noble kandas di sebuah terumbu karang di Provinsi Papua Barat. Kapal mengalami kecelakaan setelah melakukan perjalanan melihat burung di Pulau Waigeo pada 4 Maret lalu.

Perusahaan milik Inggris itu menggambarkan insiden tersebut sebagai "kemalangan" dan berjanji akan bekerja sama penuh dengan pihak berwenang terkait. Kerusakan kapal sangat minim dan sudah kembali berlayar setelah diperiksa penyidik.

Dilansir The Guardian, sebuah tim penyelidikan resmi menemukan kapal terus berjalan meski diketahui air surut. Kepala Pusat Penelitian Pacific Marine Resources di Universitas Papua, Ricardo Tapilatu, mengatakan kapal yang berangkat dari Sorong dikerahkan membantu merelokasi kapal pesiar tesebut.

"Hal itu semestinya tak dilakukan karena menambah buruk. Harusnya mereka menunggu air pasang dulu untuk relokasi kapal," ujarnya.

Kapal pesiar membawa 102 penumpang dan 79 awak. Mereka melakukan perjalanan dari Papua Nugini ke Filipina. Kecelakaan merusak 1.600 meter persegi karang di lokasi menyelam yang dikenal Crossover Reef.

Insiden mengakibatkan kehancuran habitat struktural ekosistem. Beberapa genus karang rusak termasuk Acropora, Porites, Montipora, dan Stylophora.

"Ini adalah apa yang kami temukan selama penyelidikan," ujar Tapilatu.

Karena keanekaragaman hayati Raja Ampat yang dirusak tersebut, tim penyelidik merekomendasikan perusahaan membayar kompensasi 800 hingga 1.200 dolar Amerika Serikat per meter persegi.

Jika pemilik kapal tidak setuju dengan klaim, maka biasanya pemerintah akan bawa ke pengadilan. Tapi kata Tapilatu, jika perusahaan dan pemerintah dapat mencapai kesepakatan, kemungkinan akan mengambil satu atau dua tahun untuk pemerintah kabupaten menerima uang tunai.

Tapilatu mengatakan uang itu akan digunakan untuk menghidupkan kembali karang, proses ia diperkirakan bisa mengambil satu dekade. Namun proses menghidupkan kembali terumbu karang belum dapat dilakukan hingga mereka memperoleh uang kompensasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement