REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sudan merupakan salah satu negara Arab yang memiliki akses untuk bisa masuk ke negara-negara terutama di kantung ISIS, Suriah dan Irak. Dalam catatan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Sudan dan Eritrea, selama dua tahun terakhir sudah dua mahasiswa Indonesia yang ditangkap oleh aparat keamanan setempat dan dipulangkan ke Indonesia karena diduga keras berhubungan dengan kelompok-kelompok pendukung ISIS di Sudan.
Fenomena ini menuntut perhatian dari semua pihak untuk mencegah dan melindungi semua WNI yang berada di negara tersebut agar mereka tidak terpengaruh dengan propaganda-propaganda radikal terorisme. Karena itu, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) untuk mengunjungi dan memantau langsung ke Sudan guna mengetahui situasi dan kondisi masyarakat dan mahasiswa Indonesia yang berdomisili di negara tersebut.
"Masyarakat dan mahasiswa Indonesia di Sudan setiap tahun mengalami peningkatan. Mereka perlu dipantau dan diberi pemahaman terkait propaganda paham radikal terorisme, khususnya ISIS. Makanya kami minta Kepala BNPT untuk memantau langsung sekaligus bisa memberikan pemahaman kepada mereka terkait terorisme ini," ujar Duta Besar (Dubes) RI untuk Sudan dan Eritrea Drs. Burhanuddin saat bertemu Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius di Jakarta, Jumat (10/3)
Dijelaskan Burhanuddin, hampir semua mahasiswa Indonesia di Sudan berasal dari level menengah ke bawah dan umumnya mereka dikirim oleh yayasan-yayasan pendidikan di Tanah Air. Diantara mereka ada yang mendapat beasiswa dari universitas di Sudan dan ada juga biaya pribadi.
"Kondisi ekonomi ini sangat memungkinkan WNI untuk mudah menerima tawaran dana atau biaya hidup dari mana mana tanpa mereka mengetahui bahwa itu akan berdampak pada dirinya terutama masalah radikalisme," imbuh Burhanuddin didampingi Head of Chancery KBRI Khartoum, Jumara.
Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius menyambut baik harapan tersebut. Ia menekankan bahwa BNPT akan terus melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi fenomena-fenomena yang berkembang saat ini khususnya terkait dengan radikalisme dan terorisme.
"Kami akan berupaya menjalin hubungan kerjasama dengan pihak-pihak terkait di Sudan khususnya yang menangangi masalah-masalah radikalisme dan terorisme. Kami juga akan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait di tanah air untuk melakukan pencerahan dan pemahaman tentang kebangsaan dan kesatuan nasional kepada setiap calon mahasiswa yang ingin berangkat ke luar negeri khususnya yang ke Timur Tengah termasuk ke Sudan, sebagaimana yang pernah dilakukan kepada calon-calon mahasiswa yang ingin belajar ke Turki," papar Suhardi Alius.
Pada kesempatan itu, mantan Kabareskrim Polri ini memuji upaya-upaya yang dilakukan KBRI Khartoum termasuk dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang muncul di masyarakat Indonesia di Sudan baik terkait terorisme maupun kasus penyelundupan senjata yang baru-baru ini dituduhkan ke Pasukan Polri yang bertugas dalam misi UNAMID di Darfur yang akhirnya tidak terbukti.
Ke depan, tegas Suhardi, BNPT akan menindaklanjuti kerjasama antara BNPT Sudan terkait MoU tentang pertukaran informasi antara kedua badan terkait terorisme di kedua negara.