REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Dua orang warga asal Kabupaten Cirebon dinyatakan suspect flu burung. Mereka pun dirawat intensif di ruang isolasi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.
Adapun kedua orang warga tersebut, masing-masing berinisial AG (16), warga Kecamatan Pangenan dan AS warga Kecamatan Greged, Kabupaten Cirebon. Keduanya menjalani perawatan intensif di ruang isolasi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon sejak Ahad (5/3) lalu.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, M Subuh menjelaskan, kedua warga tersebut dinyatakan suspect flu burung setelah melakukan kontak dengan unggas yang positif terinfeksi flu burung. Unggas yang positif flu burung itu ada di lingkungan mereka masing-masing.
Subuh mengatakan, untuk memastikan apakah keduanya positif flu burung atau tidak, harus menunggu hasil laboratorium. Menurutnya, hasil pemeriksaan laboratorium sampel daerah kedua pasien tersebut akan diketahui pada dua atau tiga hari kedepan. "Kita lihat hari ini kondisi (kedua pasien) sudah sangat membaik," ujar Subuh, saat berkunjung ke RSUD Gunung Jati Kota Cirebon, Rabu (8/3).
Subuh mengatakan, aktifitas kedua pasien tersebut sudah kembali pulih walau belum seperti semula. Dia pun menyatakan, harus ada pengawasan terus menerus sampai ada hasil laboratorium apakah keduanya positif atau negatif flu burung.
Terkait status J yang meninggal dunia pada Ahad (5/3) dan diketahui pernah kontak dengan unggas yang positif flu burung, Subuh mengaku, belum bisa memastikan penyebabnya. Pasalnya, korban tidak diambil sampel darahnya. "Tapi kita sudah mengambil sampel darah anaknya (AG) yang satu rumah (dengan J). Sehingga bisa kita lihat kalau anaknya positif, berarti bapaknya positif, begitu pula sebaliknya," kata Subuh.
Subuh pun mengapresiasi direktur RSUD Gunung Jati dan jajarannya yang telah menerapkan standar operasi prosedur untuk penanganan kasus tersebut. Dia mengatakan, RSUD Gunung Jati selama ini merupakan salah satu rumah sakit rujukan nasional untuk kasus flu burung.
Sementara itu, ketika ditanyakan kondisi unggas di lingkungan kedua pasien tersebut, Subuh mengatakan, bersama-sama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon melakukan penanganan bersama. Di antaranya melakukan desinfeksi di sekitar kandang dan melakukan vaksinasi ke unggas yang masih sehat. "Dan bila diperlukan melakukan depopulasi unggas yang terduga flu hurung," tutur Subuh.
Subuh menambahkan, untuk mencegah flu burung, masyarakat harus selalu menjaga kebersihan dan sanitasi diri pribadi dan lingkungan maisng-masing. Selain itu, hindari kontak dengan unggas yang terduga flu burung. "Kita juga harus perbaiki kondisi (daya tahan tubuh) karena flu burung ini kan penyebabnya virus yang berkaitan dengan daya tahan tubuh," terang Subuh.
Subuh menambahkan, Indonesia merupakan daerah endemis flu burung. Karenanya, virus flu burung tetap ada dan berkembangnya virus itu tergantung masing-masing warga dalam menjaga lingkungan masing-masing. Jika lingkungan tidak bersih, maka virus akan berkembang dan menularkan kemana-mana.
Subuh menyebutkan, endemis flu burung itu ada di seluruh Pulau Jawa. Namun daerah endemis tersebar paling banyak di kabupaten dan kota di Jawa Barat. "Untuk tahun ini flu burung ada di Kabupaten Bandung Barat dan Cirebon," terang Subuh.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, Ali Efendi menguungkapkan, vaksinasi terhadap unggas di Kabupaten sebenarnya dilakukan setiap hari. Namun, saat ini vaksinasi tersebut memang belum sampai ke wilayah Pangenan.
Ali juga mengakui, jumlah vaksin flu burung yang tersedia tidak mencukupi untuk melakukan vaksinasi terhadap seluruh unggas di Kabupaten Cirebon. Dengan jumlah unggas yang mencapai sekitar tiga juta ekor, jumlah vaksin yang tersedia hanya cukup untuk melakukan vaksinasi terhadap sekitar 70 ribu ekor unggas.
Mengenai unggas yang terinfeksi flu burung, Ali mengungkapkan sebanyak 105 ekor itik di Kecamatan Pangenan positif terinfeksi flu burung. "105 ekor itik tersebut saat ini sudah dimusnahkan," tandas Ali.