Rabu 08 Mar 2017 14:00 WIB

Tim Pengkajian MUI: Jasad Mbah Priok Harus Diteliti Secara Ilmiah

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Bilal Ramadhan
Warga berziarah di Makam Mbah Priok, Jakarta Utara, Senin (6/3).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Warga berziarah di Makam Mbah Priok, Jakarta Utara, Senin (6/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua tim pengkajian makam Habib Hasan Al Hadad atau Mbah Priok dari Majlis Ulama Indonesia (MUI) tahun 2010, Syafi’i Mufid mengatakan, sampai saat ini masih terjadi simpang siur terkait keberadaan jasad Mbah Priok. Beberapa pihak mengakui jasad Mbah Priok masih di Dobo dan adapula yang menyebut sudah dipindahkan ke Semper.

(Baca: Tim MUI: Mbah Priok Bukan Tokoh Penyiar Islam di Betawi)

Terjadinya perbedaan pendapat saat itu tentang keberadaan jasad Mbah Priok, kata Syafi’i, pihaknya berusaha mencari kebenaran salah satunya dengan ide melakukan penggalian makam. Saat itu sudah pihaknya telah mendatangkan ahli arkeolog dari Universitas Indonesia dan dokter spesialis forensik.

Ahli arkeolog tersebut, Syafi’i menjelaskan, dimaksudkan agar mengeksvakasi kebenaran tanah dari sisi arkeologi. Sementara ahli forensik akan menelitik DNA. “Tapi enggak disetujui (oleh pihak terkait), ini enggak fair-nya. Kalau dia yakin ada jasadnya di situ harus diteliti secara ilmiah,” ujar Syafi’i kepada Republika.co.id, Rabu (8/3).

(Baca: Makam Mbah Priok Jadi Cagar Budaya, Tim MUI: Dasarnya Apa?)

Penggalian makam tersebut, Syafi’i menegaskan, MUI bertujuan melakukan penelitian secara ilmiah yang satu-satunya cara dengan melakukan penggalian dan tes DNA. Karena tidak diizinkan melakukan penggalian maka, tim kemudian hanya menyebut Mbah Priok pernah dimakamkan.

“Ya sudah kita katakan di sini pernah dimakamkan seorang saleh namanya Habib Al Hadad,” jelasnya.

Makam Mbah Priok, Koja Jakarta Utara kembali mendapatkan sorotan. Itu setelah Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki Tjahja Purnama (Ahok) menetapkan makam tersebut menjadi cagar budaya. Namun, keputusan tersebut mendapatkan kritik dari beberapa pihak diantaranya sejarawan yaitu JJ Rizal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement