Rabu 08 Mar 2017 09:26 WIB

Bali tak Sekadar Perjalanan Retret Raja Saudi

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Ani Nursalikah
Petugas melakukan pengamanan wilayah pantai yang ditutup dengan pagar bambu di kompleks Hotel St Regis, Nusa Dua, Bali, Senin (6/3).
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Petugas melakukan pengamanan wilayah pantai yang ditutup dengan pagar bambu di kompleks Hotel St Regis, Nusa Dua, Bali, Senin (6/3).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Raja Salman bin Abdul Aziz Al-Saud memperpanjang masa liburannya tiga hari lebih lama di Pulau Dewata hingga 12 Maret 2017. Apresiasi yang diberikannya untuk Bali mendapat sambutan hangat dari pemerintah dan masyarakat Indonesia.

Publik selama ini mengetahui destinasi favorit Sang Raja dan keluarga kerajaan adalah Maroko. Sebuah resor vila pantai pribadi yang dikelilingi 1.500 dinding beton dan dijaga setidaknya 30 pasukan Kerajaan Maroko berdiri di negara tersebut.

Apa yang membuat Raja Salman begitu loyal mengeluarkan uang mendirikan penginapan mewah di sana? Nyaman, satu alasan yang membuat raja dari Jazirah Arab ini betah berlama-lama di Tangier, Maroko.

Pertengahan Agustus 2015, Raja Salman dan rombongan yang sedang liburan musim panas di Prancis tiba-tiba mengubah rencana dengan meninggalkan negara tersebut lebih awal. Kepergian yang tiba-tiba ini seiring munculnya petisi lokal berisi 150 ribu tanda tangan. Masyarakat setempat memprotes hak eksklusif yang diberikan otoritas kepada raja dengan membuat pembatas sepanjang 300 meter di Pantai Mirandole, Vallauris selama tiga pekan.

Sambutan kurang ramah dari masyarakat Prancis ini kondisinya berbanding terbalik dengan Bali. Raja Salman mendapatkan layanan eksklusif tersebut di Pantai Geger, pantai teduh, landai, dengan pemandangan indah yang bisa dinikmati dari belakang St Regis Hotel & Resort, Nusa Dua tempatnya menginap.

Meski pengelola hotel memagari Pantai Geger sepanjang kira-kira 500 meter, dibatasi dinding bambu dan kain putih di sisi kiri dan kanannya, masyarakat setempat tidak protes, justru senang dengan kunjungan Raja Salman. Ni Made Saraswati (40 tahun), warga Bali yang sedang berwisata di Pantai Geger mengatakan dirinya tak keberatan jika Pantai Geger ditutup selama liburan lima hari Raja Salman.

Dia menilai kunjungan Sang Raja secara tak langsung akan mempromosikan Bali dan menjadi rujukan lebih banyak turis, terutama asal Timur Tengah datang ke Pulau Dewata. "Kunjungan seperti ini kan cukup jarang, jadi tidak masalah jika itu demi kenyamanan Raja," kata Saraswati kepada Republika.co.id.

Warga lainnya, Putu Ayu Diah (27) mengatakan Bali memiliki obyek pantai sangat banyak, sehingga penutupan sementara salah satu pantai tidak akan mengurangi kenyamanan berkunjung wisatawan lainnya. Kawasan Pariwisata Nusa Dua memiliki banyak pantai selain Geger, antara lain Pantai Mengiat, Pantai Nusa Dua, Pantai Water Blow, dan Pantai Nikko.

"Ya kalau misalnya Pantai Geger ditutup sementara, wisatawan punya banyak pilihan pantai lain," katanya.

Kedatangan Raja Salman pada 4 Maret lalu membuat otoritas Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai menutup bandara selama 45 menit menjelang pesawat kerajaan mendarat. Sebanyak 39 penerbangan setidaknya terdampak akibat penutupan ini, namun calon penumpang yang terdampak sama sekali tidak menunjukkan keberatan.

Penumpang AirAsia QZ508 tujuan Singapura, Ria (35) mengatakan dirinya justru datang lebih cepat ke bandara berharap bisa menyaksikan kedatangan Sang Raja penjaga dua kota suci umat Muslim itu. Warga Indonesia yang bekerja di Singapura itu berharap kedatangan Raja Salman bisa mempererat hubungan baik dengan Indonesia di berbagai bidang.

Akankah Bali menjadi destinasi favorit Raja Arab Saudi berikutnya setelah Maroko? Negara bekas jajahan Prancis di benua Afrika bagian Utara ini telah lama menjadi destinasi paling disukai bangsawan Arab. Pendahulu Raja Salman, Raja Abdullah membangun sebuah istana megah di Anfa, di pinggiran selatan Casablanca. Raja-raja sebelumnya juga mempunyai hunian di Marrakesh dan Agadir.

Bagaimana dengan Indonesia? Raja Salman rupanya tertarik berinvestasi di bidang pariwisata di Bali dan tetangganya, Lombok. Presiden PT Pengembang Pariwisata Indonesia (ITDC), Abdulbar M Mansoer mengatakan hal ini terungkap dalam pertemuan Saudi-Indonesia Business Forum yang digelar di sela lawatan Raja Salman ke Jakarta, 1-3 Maret 2017.

"Mereka tertarik investasi pariwisata di Mandalika, Lombok, juga Bali. Lokasinya masih kita bahas," kata Abdulbar.

Bali agaknya tak sekadar menjadi lokasi retret Raja Salman. Keponakannya yang juga salah satu pangeran dari Kerajaan Arab Saudi, Fahad bin Faisal Alsaud ternyata pernah menghabiskan liburan Tahun Baru 2017 di Bali. Pangeran Fahad dan rekan-rekannya mengunjungi obyek wisata budaya, Pura Tirta Empul di Tampaksiring.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement