Rabu 08 Mar 2017 04:45 WIB

Di Surabaya, Bayar Listrik Bisa Pakai Sampah

Rep: Binti Sholikah / Red: Satria K Yudha
Warga menukarkan saldo tabungan sampah untuk pembelian listrik saat peresmian Bank Sampah Induk Kota Bandung dan Ecomart di Jalan Ahmad Yani, Kota Bandung, Selasa (21/2).
Foto: Mahmud Muhyidin
Warga menukarkan saldo tabungan sampah untuk pembelian listrik saat peresmian Bank Sampah Induk Kota Bandung dan Ecomart di Jalan Ahmad Yani, Kota Bandung, Selasa (21/2).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – PT PLN (Persero) melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) memberdayakan masyarakat melalui pembentukan bank sampah. Masyarakat bisa membayar listrik dengan cara menjual sampah ke bank sampah. 

Saat ini, PLN memiliki lima bank sampah di Bandung, Malang, Yogyakarta, Mataram, dan Surabaya. Tiga bank sampah terakhir tersebut diresmikan secara simbolis di Surabaya, Selasa (7/3). Direktur Human Capital Management PT PLN (Persero) Muhammad Ali mengatakan, pembayaran listrik menggunakan sampah ini diharapkan memacu semangat warga untuk lebih giat mengumpulkan sampah serta bergabung dengan bank sampah yang telah ada. 

Mekanisme pembayaran listrik menggunakan sampah sangat mudah. Warga cukup membawa sampah ke bank sampah untuk ditimbang. Kemudian, berat sampah yang ditimbang dinominalkan dalam bentuk uang.

Nominal tersebut kemudian dimasukkan ke rekening bank sampah yang sudah dimiliki warga. Dari hasil penjualan tersebut akan digunakan untuk membayar biaya listrik di masing-masing rumah warga yang bersangkutan. 

“Lingkungan bersih dan listrik terbayarkan, yang paling utama melalui sampah masyarakat juga bisa menabung untuk keperluan sehari-hari,” jelasnya dalam acara peresmian tiga bank sampah di Bank Sampah Induk Surabaya, Jl Ngagel Timur No 26 Surabaya. 

Ia menjelaskan, dari lima bank sampah tersebut PLN telah memiliki sebanyak 53.550 nasabah. Total sampah yang dikumpulkan mencapai 337 ton per bulan. 

“Sampah tersebut belum begitu berarti untuk sumbangsih kebersihan di wilayah tersebut, tapi semangat dari ibu-ibu membuat saya optimistis ini akan menjadi gerakan luar biasa masif,” imbuhnya. 

PLN berkontribusi memberikan bantuan pembangunan kantor, mobil pengangkut sampah, gudang pengolahan sampah serta penguatan manajemen operasional. Gedung-gedung kantor tersebut merupakan aset PLN yang direnovasi sehingga kesan sampah itu kotor dan bau perlahan-lahan berkurang. 

“Peran PLN, bank sampah induk Surabaya kita berikan pinjaman sehingga lebih representatif, posisi lebih bagus, tanah 450 meter persegi bisa untuk aktivitas pengumpulan sampah,” jelasnya. 

Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya, Kementerian Lingkungan Hidup, Tuti Hendrawati Mintarsih mengatakan, sampah terutama dari bahan plastik tidak mudah diurai. Sehingga, jika dikumpulkan dan diolah akan memiliki nilai tambah. “Masyarakat yang rajin mengolah sampah nilainya jadi bertambah tinggi,” ujarnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement