Selasa 07 Mar 2017 15:00 WIB

Percepat Waktu Penelitian dan Penyebaran Hasil Melalui Open Innovation System

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) mengadakan diskusi yang mengangkat mengenai Open Innovation and Scientific Leadership Balitbangtan dalam Era Pertanian Modern.
Foto: Balitbangtan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) mengadakan diskusi yang mengangkat mengenai Open Innovation and Scientific Leadership Balitbangtan dalam Era Pertanian Modern.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seiring perubahan zaman yang begitu cepat, keterbukaan merupakan salah satu hal yang mulai harus diperhatikan, termasuk dalam hal riset. Jejaring, kerja sama dan perluasan pemanfaatan hasil riset perlu terus diakselerasi agar hasil riset itu dapat lebih cepat dirasakan oleh pengguna.

Sejalan dengan hal itu,  Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) mengadakan diskusi yang mengangkat mengenai "Open Innovation and Scientific Leadership Balitbangtan dalam Era Pertanian Modern". Diskusi berlangsung pada Senin (6/3) kemarin di Jakarta.  

Dalam pengantarnya, Kepala Balitbangtan Dr. M. Syakir mengatakan, saat ini Balitbangtan terus berupaya untuk menghasilkan inovasi berkualitas sekaligus penyebaran dan pemanfaatannya dalam satu "tarikan nafas".

"Bagaimana open innovation yang tepat kearah pemanfaatan dan penyebaran hasil Balitbangtan yang lebih luas, harus ada sistem yang mengikat sehingga tepat sasaran," ujar M. Syakir.

Dengan adanya open innovation akan mampu memperpendek waktu penelitian dan mempercepat hasil riset itu untuk dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Dr. M. Dimyati, Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek DIKTI menjelaskan bagaimana sinergitas antara industri, perguruan tinggi dan lembaga litbang dalam kaitannya dengan pertanian modern.

“Tiga unsur ini sebagai suatu entitas, dalam keterbatasan yang ada harus bersinergi, kalau kita tidak bersinergi rasanya inefisiensi dalam berbagai hal akan terus berlanjut,” ujar Dimyati.

Mengenai open innovation, ia mengatakan, lembaga riset harus lebih melibatkan berbagai pihak diluar komunitasnya karena saat ini tren penelitian di dunia tidak hanya lintas disiplin tetapi sudah multi disiplin.

“inilah yang mendorong open innovation menjadi prasyarat. Apalagi kalau kita bicara tentang modern agriculture,” ujar Dimyati.

Sementara, Ketua Komisi Teknis Pangan dan Pertanian Dewan Riset Nasional, Dr. Haryono menekankan bahwa salah satu ciri open innovation adalah kerja sama, seperti yang bisa dilihat beberapa lembaga riset kelas dunia seperti Embrapa di Brasil yang telah melakukan open innovation.

“Jaringan kerja sama litbang telah berjalan, termasuk konsorsium harus terus dibangun dan dikembangkan,” ujar Haryono.

Diskusi ini selain dihadiri oleh para peneliti dan profesor riset Kementerian Pertanian juga diikuti oleh beberapa lembaga lain seperti Kemenristekdikti dan LIPI.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement