Selasa 07 Mar 2017 01:30 WIB
Pilkada DKI

Pengamat: Mesin Parpol tidak Berjalan di Pilkada DKI

Rep: Fuji E Permana/ Red: Bilal Ramadhan
Pilgub DKI (Ilustrasi)
Foto: Republika/Mardiah
Pilgub DKI (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Politik dari Network for South East Asian Studies (NSEAS), Dr. Muchtar Effendi menilai, partai politik tidak terlalu mempengaruhi perolehan suara di Pemilihan Umum Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta putaran kedua nanti. Hal tersebut terbukti di Pilgub DKI Jakarta putaran pertama.

Muchtar mengatakan, sikap Partai Demokrat yang mengambil jalan tengah tidak ada hubungannya dengan perolehan suara. Sebab, masyarakat punya pilihan sendiri. Pilihan masyarakat tidak terlalu dipengaruhi partai politik.

"Perlu diingat, Pilkada kemarin mesin partai politik tidak berkorelasi dengan perolehan suara," kata Muchtar kepada Republika.co,id, Senin (6/3) malam.

Dikatakan dia, sebagai bukti partai politik tidak terlalu mempengaruhi perolehan suara. Pasangan Agus Yudhoyono-Sylviana Murni hanya mendapat perolehan suara sebanyak 17 persen, meski mereka didukung oleh banyak partai politik.

Selain itu, kalau semua konstituen partai politik yang mengusung pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat memilih mereka, tidak mungkin perolehan suaranya mencapai 40 persen. Hal ini menunjukan partai politik tidak mempengaruhi perolehan suara pasangan calon di Pilgub DKI Jakarta.

"Perolehan suara (Pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno) kalau berdasarkan partai politik, itu tidak sampai 40 persen," ujarnya.

Ia menegaskan, jadi faktanya perilaku pemilih tidak ditentukan partai politik di Pilgub DKI Jakarta. Sekalipun Demokrat netral, tidak berarti massa Demokrat tidak memilih pasangan Anies-Sandiaga. Menurutnya, tidak ada yang diuntungkan dan dirugikan dengan sikap Demokrat yang mengambil jalan tengah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement