REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid mengatakan, lawatan resmi Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al Saud ke Gedung MPR/DPR membuktikan bahwa Islam tidak seperti yang dituduhkan oleh banyak pihak.
Beberapa tuduhan yang sering dialamatkan adalah bahwa Islam dekat dengan keyakinan antidemokrasi, radikalisme, dan terorisme. "Dengan kedatangan Raja Salman ke parlemen membantah semua tuduhan itu," ujar Hidayat saat memberikan paparan di Konsolidasi Nasional KAMMI di Jakarta, Jumat (3/3).
Hidayat menyebut yang dilakukan Raja Salman ini adalah mengulang jejak Raja Faisal pada 1970. “Bukti lain Arab Saudi tidak antidemokrasi adalah negara itu menjadi anggota berbagai organisasi dunia seperti PBB, OKI, OPEC, dan lain sebagainya. Sehingga, fitnah kepada umat Islam menjadi tidak benar," ujar Hidayat.
Oleh karena itu, dia mendorong agar anak-anak muda Indonesia dapat diberikan kreativitas lebih dalam rangka untuk menyelesaikan persoalan radikalisme. Menurut dia, jangan sampai Indonesia menerapkan kebijakan seperti Pemerintah Cina soal Suku Uighur.
Banyak anak-anak muda di sana dilarang mendatangi Masjid. Hidayat bercerita, saat pergi ke Cina, ia memberi masukan kepada pemerintah setempat bahwa larangan menutup masjid untuk anak muda, bukan solusi untuk menyelesaikan masalah radikalisme.
"Justru, di masjid itulah anak-anak muda bisa berkreasi dan bersosialisasi menemukan realita. Bila masjid ditutup, maka anak-anak muda akan mencari jalan yang tertutup pula sehingga malah menumbuhkan radikalisme,” kata wakil rakyat PKS dari daerah pemilihan Jakarta II ini.
Baca juga, Pertemuan dengan Raja Salman Jadi Peluang Sinergi Zakat.