REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Letjen (Purn) Agus Widjojo membuka Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LVI Tahun 2017 di Gedung Dwiwarna Purwa Lemhannas, Rabu (1/3). Agus menjelaskan, pihaknya menyelenggarakan pendidikan tematis dan akademis yang mengikuti perkembangan zaman bagi calon pemimpin nasional. Menurut dia, peserta PPRA diajak untuk memahami nilai-nilai kebangsaan dan mengajak mereka berpikir dan menggali warisan masa lalu yang dibuat pendiri bangsa.
"Kita harus mencari nilai hakiki yang terkandung dalam empat konsensus dasar berbangsa, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Kita mencari nilai instrumental kondisi kekinian dan tantangan hari ini. Kita tak berhenti hanya di jargon, tapi untuk menjawab tantangan yang dihadapi bangsa ini," kata Agus.
Menurut Agus, tantangan bangsa Indonesia ke depan semakin berat. Untuk itu, setiap calon pemimpin diwajibkan terlibat dalam memberikan sumbangsih gagasan orisinal yang bisa menjadi solusi masalah yang dihadapi bangsa. Agus menuturkan, peserta PPRA nanti ditargetkan bisa mengolah materi pembekalan menjadi bisa diimplementasikan dan manfaatnya dapat dirasakan ketika mereka kembali ke instansi masing-masing. Dengan begitu, sambung dia, mereka sanggup mewujudkan nilai kebangsaan dengan mencarinya agar valid digunakan menghadapi persoalan bangsa pada masa kini.
"Lemhannas punya kurikulum berperan tetap mendidik kader pimpinan tingkat nasional dengan wawasan kenegarawanan, pemantapan nilai-nilai kebangsaan, dan pengkajian stretegis untuk presiden. Kita ajak peserta untuk ikut berpikir secara kritis dan independen menjadi solusi bagi bangsa ini," kata Agus.
Deputi Bidang Pendidikan Lemhannas Mayjen Sakkan Tampubolon mengatakan, total peserta PPRA ke-56 diikuti ratusan orang. Mereka yang dari TNI berpangkat kolonel dan dari Polri berpangkat kombes, yang dipersiapkan menjadi calon perwira tinggi setelah mengikuti pendidikan di Lemhannas. Selain peserta dari dalam negeri, ada pula peserta dari Kambodja dan Singapura yang mengikuti pendidikan tersebut. "Ada 115 peserta dan 11 orang dari luar negeri," kata Sakkan.