Sabtu 25 Feb 2017 16:02 WIB

Dua Agenda Besar yang Bisa Dibicarakan Melalui Kunjungan Raja Salman

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Agus Yulianto
Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz
Foto: EPA/OLIVIER DOULIERY / POOL
Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi I DPR Sukamta, menyambut bagik kunjungan kenegaraan Raja Salman pada 1 Maret mendatang ke Indonesia. Menurutnya, kunjungan Raja Salman dengan membawa rombongan dalam jumlah besar ini sangat positif dan perlu dioptimalkan untuk menguatkan hubungan bilateral kedua negara.

Menurut Sukamta, setidaknya ada dua agenda besar yang dapat dibicarakan antara Indonesia dan Arab Saudi. Pertama, lanjut dia, kunjungan Raja Salman ini harus mampu mendorong hubungan yang lebih erat antara Indonesia dengan Arab Saudi.

Dengan peningkatan hubungan bilateral ini diharapkan memiliki dampak peningkatan volume perdagangan dan investasi. ''Saya mendengar Arab Saudi bersiap investasi senilai Rp 300 triliun, ini jelas sangat baik bagi Indonesia. Penguatan hubungan bilateral ini juga bisa dimanfaatkan Indonesia untuk mengusulkan solusi perlindungan TKI di Arab Saudi,'' kata Sukamta, dalam siaran persnya, Sabtu (25/2).

Selain itu, Sukamta menuturkan, yang diharapkan oleh umat Islam di Indonesia, adanya tambahan kuota haji. Ia berharap, dalam pembicaraan yang dilakukan pemerintah RI bisa mendorong adanya kesepakatan atau MOU kedua belah pihak atas tigal hal tersebut dan ini akan sangat bermakna bagi Indonesia.

Sukamta yang juga Ketua BPPLN DPP PKS mengatakan, agenda kedua yang tidak kalah strategis adalah menguatkan peran kedua negara dalam isu regional Asia, khususnya di kawasan dunia Islam. Indonesia merupakan negara berpenduduk Islam terbesar, sementara Arab Saudi dengan keberadaan Mekkah dan Madinah sebagai Kota Suci Umat Islam dihormati oleh negara-negara Islam.

Menurut Sukamta, peran strategis kedua negara juga dapat dikembangkan untuk membangun masa depan dunia Islam yang mampu bersaing di tataran global. Selama ini pembicaraan di level regional sering didominasi pekerjaan rumah isu politik keamanan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement