Sabtu 25 Feb 2017 03:49 WIB

Dukungan Koalisi Cikeas Disebut Belum Tentu Angkat Suara

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Andi Nur Aminah
Para pimpinan partai yang tergabung dalam Koalisi Cikeas atau Koalisi Merah Putih (ilustrasi)
Foto: Haji Abror Rizki/Rumgapres
Para pimpinan partai yang tergabung dalam Koalisi Cikeas atau Koalisi Merah Putih (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Ali Munhanif menilai, dukungan dari Koalisi Cikeas terhadap dua pasangan calon yang lolos putaran kedua kecil pengaruhnya dalam upaya mendulang suara. Itu tak lain karena menurutnya mulai muncul fenomena terpisahnya antara partai dengan massanya.

"Pengaruh untuk mendapat dukungan massa meskipun dapat tambahan dukungan partai sangat kecil tentu saja. Ada fenomena yang mulai terpisah antara partai dengan massanya. Jadi partai memilih apa, massa memilih apa," kata Ali saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (24/2).

Itu semua terbukti di putaran pertama Pilgub DKI 2017. Dimana, pasangan Agus-Sylvi yang diusung oleh empat partai politik, tapi suara yang diperolehnya tidak sejalan dengan banyaknya dukungan tersebut. "Terbuktilah dalam proses pemilihan putaran pertama (Pilgub DKI 2017)," ucap Ali.

Namun begitu, baik pasangan Anies-Sandi ataupun pasangan Ahok-Djarot menurutnya wajib berusaha meraih dukungan partai sebanyak-banyaknya. Sebab itu semua akan sangat berpengaruh dalam kebijakan-kebijakan yang diambil para paslon jika terpilih nantinya.

"Tetapi (dukungan dari banyak partai) itu penting, karena akan menjadi justifikasi pasangan calon untuk kebijakan-kebijakan dia nanti. Pola koalisi seperti itulah yang menjadikan perlu untuk setiap pasangan calon untuk merangkul sebanyak-banyaknya partai," terang Ali.

Selain itu dia menilai dukungan dari banyak partai penting untuk menggiring persepsi publik terkait legitimasi pasangan calon. Pasangan Ahok-Djarot misalnya, jika mereka mendapat dukungan dari partai Islam, bisa mengurangi justifikasi dugaan penistaan agama yang dituduhkan kepada sang calon gubernur.

"Saya tidak mengabaikan bahwa mendapatkan partai belum tentu mendapatkan pemilih, tetapi setidaknya akan menggiring persepsi publik mengenai tingkat legitimasi pasangan calon yang bersangkutan. Seperti contoh, seandainya Ahok mendapat dukungan partai Islam entah itu PKB, PPP dan PAN, maka justifikasi bahwa dia menista agama bisa dikurangi," kata Ali.

(Baca Juga: PDIP Akui Terus Jalin Komunikasi dengan Partai Pengusung Agus-Sylvi)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement