REPUBLIKA.CO.ID, PARIAMAN -- Ketua Dewan Perwakilan Daerah Association of the Indonesia Tour and Travel (Asita) Sumatera Barat Ian Hanafiah menyarankan agar Pemerintah Kota Pariaman mengembangkan konsep wisata berwawasan nagari di daerah itu.
"Kami menilai Kota Pariaman sangat strategis mengembangkan konsep tersebut karena memiliki nilai jual pariwisata yang menjanjikan," katanya saat dihubungi dari Pariaman, Selasa (21/2).
Kawasan wisata nagari tersebut, ujarnya, lebih kepada penerapan kebudayaan tradisional seperti permainan. Pelbagai macam permainan yang dapat dijadikan daya tarik pariwisata diantaranya, petak umpet, bola bekel, gundu atau kelereng, lompat tali, egrang, benteng sodor dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu, pemerintah diimbau untuk membentuk suatu kawasan khusus wisata nagari yang berisikan seluruh aktivitas masyarakat tradisional yang mulai ditinggalkan.
Ia menilai jika pemerintah daerah bisa menerapkan konsep pariwisata tersebut maka diyakini kunjungan pariwisata akan terus mengalami lonjakan. "Jadi setiap wisatawan yang datang bisa ikut serta bermain dengan alat yang disediakan tentunya dilakukan pemungutan biaya," ujarnya.
Ia mengatakan sebagai salah satu kota tujuan wisata, setiap daerah harus memiliki nilai jual pariwisata yang berbeda dengan daerah lainnya.
Hal itu ditujukan agar Kota Pariaman memiliki daya saing tersendiri dengan daerah wisata lainnya seperti Kota Padang, Kota Bukittinggi Kota Sawahlunto dan lain sebagainya.
Lebih jauh ujarnya, kawasan wisata tersebut juga harus diisi dan dikelola oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang sadar wisata dan terlibat langsung dengan konsep yang dilahirkan. "Tujuannya yaitu agar konsep pariwisata yang diciptakan tidak sia-sia dan mengecewakan wisatawan yang datang berkunjung," ujarnya.
Sementara itu Wali Kota Pariaman, Mukhlis Rahman mengajak generasi muda di kota itu untuk terus melestarikan permainan tradisional yang ada di masyarakat agar tetap hidup seiring perkembangan zaman.
"Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berimbas kepada permainan anak, salah satunya mereka mulai meninggalkan permainan tradisional seperti congkak, bola bekel, kelereng, lompat tali, egrang, gasing dan lainnya," katanya.
Setelah generasi muda mencintai permainan tradisional, pemerintah daerah akan mengupayakan tampilnya permainan anak tersebut dalam setiap event wisata. "Permainan tradisional ini akan bisa menjadi nilai jual pariwisata daerah," katanya.