Sabtu 18 Feb 2017 20:48 WIB

Partisipasi Pilkada Tertinggi di Kepulauan Seribu

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Achmad Syalaby
Petugas KPPS di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu mengarahkan warga masuk bilik suara di 06. Ada 443 masuk daftar pemilih tetap yang terdiri dari Perempuan 224 dan Laki-laki 218.
Foto: Republika/Ali Yusuf
Petugas KPPS di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu mengarahkan warga masuk bilik suara di 06. Ada 443 masuk daftar pemilih tetap yang terdiri dari Perempuan 224 dan Laki-laki 218.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) menyatakan, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu menjadi daerah dengan partisipasi pemilih paling tinggi dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017. Sebanyak 81 persen dari total pemilih di sana menggunakan hak pilihnya. 

Koordinator Nasional JPPR Masykurudin Hafidz menuturkan, daerah tertinggi kedua dalam hal partisipasi pemilih yakni Jakarta Timur dengan persentase 78 persen, disusul Jakarta Utara 77 persen, Jakarta Barat dan Jakarta Selatan masing-masing 75 persen, serta yang paling bontot diduduki Jakarta Pusat dengan 74 persen partisipasi pemilih.

Secara keseluruhan, partisipasi pemilih pada Pilgub DKI Jakarta yaitu 77 persen. "Kuatnya partisipasi ditunjukan dengan adanya surat suara yang kurang di beberapa TPS serta antusiasme yang tinggi untuk mengikuti pelaksanaan pemungutan dan pemantauan tahapan Pilkada," ujar dia, dalam konferensi pers di kantor Bawaslu RI, Jakarta Pusat, Sabtu (18/2).

Jika ditarik ke tingkat kecamatan, partisipasi pemilih tertinggi ada di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan dengan persentase 83 persen. Kecamatan kedua tertinggi yakni Kelapa Gading dengan persentase 82 persen. Kemudian disusul Pasar Rebo dan Duren Sawit dengan persentase masing-masing 81 persen, serta Kepulauan Seribu Utara dengan angka partisipasi pemilih 80 persen. 

Partisipasi paling rendah ada di Kecamatan Johar Baru, dengan 65 persen. Kemudian Kebayoran Baru sebesar 70 persen, Setia Budi, Sawah Besar, dan Menteng masing-masing 72 persen angka partisipasinya. "Rendahnya partisipasi di kecamatan ini karena aspek teknis, misalnya pemilih sedang tidak di tempat, sedang menjalankan tugas, tidak terdaftar dalam data pemilih dan mengalami kendala administratif saat akan mengeluarkan hak suaranya," ucap dia. 

Data tersebut diperoleh berdasarkan kajian JPPR terhadap hasil real count yang telah diselesaikan KPU DKI Jakarta. Kajian terhadap hasil rekapitulasi ini memfokuskan pada dua hal, yakni mengukur partisipasi masyarakat di hari pemungutan dan penghitungan suara, dan analisis perbandingan perolehan suara bagi tiap paslon.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement