Kamis 16 Feb 2017 22:19 WIB

Antasari Menunggu Panggilan Mabes Polri

Rep: Mabruroh / Red: Ilham
Mantan Ketua KPK Antasari Azhar.
Foto: Republika/ Raisan Al Farisi
Mantan Ketua KPK Antasari Azhar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Antasari Azhar menunggu panggilan dari Mabes Polri dan Polda Metro Jaya atas laporan yang dilayangkannya. Antasari mengaku menunggu apakah ada keberanian penyidik untuk mengusut tuntas laporannya.

"Katanya polisi mau panggil saya, ya sudah saya tunggu saja," kata Antasari melalui sambungan telepon di Jakarta, Kamis (16/2).

Antasari menjabarkan perihal kasus lamanya yang menyeret mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Bahkan, dia juga mengaku tidak asal bicara soal ada peran Hary Tanoesoedibjo (HT) yang menjadi penyambung lidah SBY. "Banyak yang lihat kok, nggak cuma satu, ada beberapa orang di rumah saya," kata Antasari.

Orang-orang itu, kata dia, bisa menjadi saksi atas kunjungan HT di kediamannya di Bumi Serpong Damai (BSD) pada Maret 2009, silam. Karena pada malam di mana HT berkunjung tidak ada prasangka apapun, sehingga tidak ada alat rekam maupun hal lainnya yang dapat menujukkan pertemuan tersebut.

"Waktu itu saya nggak berpikir kondisinya akan seperti ini, jadi saya enggak kepikiran menyimpan bukti-bukti lain. Rekaman itu nggak ada," kata Antasari.

Belum lagi, dia juga membaca cuitan HT di beberapa media yang membantah kunjungan tersebut. Menanggapi hal itu, Antasari hanya ingin agar HT mendengarkan kembali hati nuraninya yang mana di tengah malam di bulan Maret itu menyambangi rumahnya. "Coba dibaca hati nuraninya, pernah enggak ke BSD malam dulu, sendirian, ketemu saya?" tanya Antasari.

Kendati tidak ada bukti fisik yang membuktikan kedatangan bos besar salah satu media itu, Antasari mengaku yakin ada cara lain untuk mengungkapkan. Bahkan, bisa saja ada saksi lain dari pihak HT di malam itu. "Tapi saya yakin sih waktu itu dia enggak sendirian, pasti ada supirnya kan. Nah coba ditelusuri supirnya. Saya pikir dia nggak nyupir sendiri," terang dia.

Dalam laporan ini, Antasari sedikit meluruskan bahwa tidak ada hubungan dengan HT. Laporannya hanya dikhususkan pada SBY yang diduga menjadi orang di balik kedatangan HT di malam itu. "Hary Tanoe itu sebagian, simpul, yang saat itu membawa pesan dari sana (Cikeas). Ketika pesannya tidak saya respon, itulah kita duga terus mereka kesal atau gimana, menganggap saya ini sudah liar atau gimana jadi perlu dikurung. Itu persepsi saya ya," papar Antasari.

Antasari sendiri mengaku tidak tahu sama sekali perihal hubungan yang terjalin antara HT dan SBY. Sehingga HT dengan mudah mengiakan untuk menyampaikan pesan agar besan SBY, Aulia Pohan tidak ditahan oleh KPK. "Saya enggak ngerti (hubungannya), cuma pengakuan dia saja dekat. Saya tanya ada apa, misi dari sana katanya. Membantulah," kata Antasari mengingat kembali percakapan malam itu.

Saat ditanyakan apakah ada bukti jika malam itu HT datang atas nama Cikeas, Antasari tidak mengamini. Pada malam itu tiba-tiba HT sudah masuk ke dalam rumahnya di area dapur. "Dia sudah masuk, nunggu di area dapur saya. Baru dikasih tahu ajudan. Kalau dia ngasih tahu sebelum masuk rumah, mungkin saya larang masuk. Karena waktu itu status saya Ketua KPK," bebernya.

Meskipun begitu, Antasari mengaku optimis kepada penyidik untuk dapat mengusut tuntas kasusnya itu. Akan tetapi rasa optimisnya tersebut dia juga serahkan kembali kepada tiap-tiap penyidik apakah berani untuk mengusutnya atau tidak. "Tergantung keberanian penyidik. Apakah penyidik berani mintai keterangan petingginya dulu?" kata dia.

 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement