Ahad 12 Feb 2017 12:26 WIB

Peran Dokter Hewan di Indonesia Belum Optimal

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Winda Destiana Putri
Dokter hewan/ilustrasi
Dokter hewan/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kegagalan target kebuntingan sapi dan kerbau di Indonesia disebabkan oleh kurangnya perhatian gangguan reproduksi infeksius dan non infeksius. Di sisi lain peran dokter hewan sebagai profesi yang mempunyai keahlian dan kewenangan di bidang tersebut belum optimal berjalan.

Ketua Asosiasi Medik Reproduksi Verteriner Indonesia Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (AMERVI PDHI) Agung Budiyanto mengatakan sejumlah kalangan menilai kebuntingan merupakan sesuatu yang sederhana. Bahkan ada kalangan yang berpikir IB sekali jadi pasti hamil.

"Fakta membuktikan, keberhasilan kebuntingan di negeri ini belum optimal. Hal ini disebabkan peran dokter hewan sebagai profesi yang mempunyai keahlian dan kewenangan juga belum optimal. Serta kurang pengalaman dokter hewan dan beberapa program tidak melibatkan dokter hewan reproduksi," katanya.

Padahal kebuntingan merupakan hasil dari manajemen reproduksi yang panjang dan komplek. Berbagai masalah reproduksi pun terus terjadi. Meliputi kegagalan masa puberas sapi dara yang tepat waktu, kegagalan estrus, kegagalan perkawinan, kegagalan kebuntingan, masalah kelahiran, etrus post partum yang panjang.

"Manajemen reproduksi sendiri meliputi manajemen perkawinan, kebuntingan, kelahiran, pedet, post partum dan manajemen kesehatan secara umum," tutur Agung. Dokter hewan memiliki peran yang sangat strategis untuk mengawal proses manajemen reproduksi agar tidak terjadi kegagalan.

Sementara itu, Direktur Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita berharap, unit pelayanan teknis (UPT) bibit bisa menghasilkan bibit sapi kualitas eksport. Pasalnya hingga saat ini sudah banyak dana yang digelontorkan untuk meningkatkan jumlah populasi ternak.

Diarmita mengatakan sekarang ada sekitar 5,9 sapi betina dan empat juta di antaranya sudah siap kawin. Karena itu, ia meminta agar dokter hewan bisa mengoptimalkan perannya dalam mengawal kebuntingan sapi betina. "Kalau 70 persen berhasil dan melahirkan, maka kita akan memperoleh tiga juta pedet," kata Diarmita.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement