Selasa 07 Feb 2017 10:56 WIB

Aktivitas Gunung Sinabung Terus Meningkat

Rep: Qommaria Rostanti/ Red: Dwi Murdaningsih
Gunung Sinabung
Foto: antara
Gunung Sinabung

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivitas vulkanik Gunung Sinabung di Kabupaten Karo Provinsi Sumatra Utara terus meningkat. Sejak (2/2) hingga (7/2) pagi tercatat sudah 47 kali meletus.

Pos pengamatan Gunung Sinabung PVMBG mengamati erupsi disertai luncuran awan panas terus berlangsung tanpa dapat diprediksi kapan aktivitas vulkanik akan menurun. Sejak Juni 2015 hingga sekarang status Gunung Sinabung tetap Awas (level IV). Kawasan rawan bencana terus meluas.

PVMBG melaporkan berturut-turut letusan pada (2/2) sebanyak delapan kali, lalu pada (3/2) meletus 12 kali, (4/2) meletus lagi 12 kali, selanjutnya (5/2) sudah meletus tujuh kali hingga sore hari. Sejak (6/2) hingga (7/2) pagi ini terjadi erupsi sebanyak delapan kali letusan tanpa disertai suara dentuman, kolom abu putih tebal keabuan mencapai ketinggian 1.000 hingga 2.000 meter dari puncak, condong mengarah timur.

"Erupsi juga disertai guguran lava meluncur sejauh 500 hingga 2000 meter ke arah selatan, tenggara, dan timur," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Selasa (7/2).

Larangan terhadap masyarakat terus diberlakukan. PVMBG merekomendasikan masyarakat dan pengunjung atau wisatawan tidak melakukan aktivitas di dalam radius 3 kilometer dari puncak, dan dalam jarak 7 kilometer untuk sektor selatan-tenggara, di dalam jarak 6 kilometer untuk sektor tenggara-timur, serta di dalam jarak 4 kilometer untuk sektor utara-timur Gunung Sinabung.

"Masyarakat yang berada dan bermukim di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung agar tetap waspada terhadap potensi bahaya lahar," kata Sutopo.

Dengan makin meluasnya daerah yang berbahaya maka jumlah masyarakat yang harus direlokasi juga bertambah. Pemerintah Daerah Karo kesulitan mencari lahan untuk relokasi. Relokasi tahap I sebanyak 370 kepala keluarga sudah selesai dilakukan di kawasan Siosar sekitar 35 kilometer dari desa asalnya yaitu Desa Bekerah dan Simacem. Masyarakat mendapat bantuan rumah, lahan pertanian seluas 0,5 hektar per kepala keluarga dan bantuan lain.

Saat ini, kata dia, pemerintah sedang bekerja keras menyelesaikan relokasi tahap II untuk 1.903 kepala keluarga. Sebanyak 1.655 unit rumah ditargetkan selesai pada Agustus 2017. Selanjutnya masih ada 1.050 KK yang harus direlokasi tahap III nantinya.

Sutopo mengatakan faktor penghambat utama adalah ketersediaan lahan. Lahan relokasi permukiman dan usahan tani belum tersedia sepenuhnya. Lahan tapak rumah sudah disiapkan di Siosar untuk 2.053 kepala keluarga seluas 250 hektare. Namun tidak tersedia lahan usaha tani sehingga masyarakat tidak bersedia direlokasi.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah memberikan lahan APL (Area Penggunaan Lain) seluas 6.300 hektare yang cukup untuk permukiman dan usaha tani. Namun di lapangan lahan ini semua sudah dikuasai pihak lain. Oleh karena itu perlu pemberian izin pinjam pakai kawasan hutan seluas 750 hektare untuk menampung relokasi sejumlah 1.271 kepala keluarga.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement