Jumat 03 Feb 2017 13:40 WIB

Bangunan Permanen di Aceh akan Gunakan Teknologi Risha

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Dwi Murdaningsih
Kondisi bangunan ruang belajar Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Beuracan Trienggadeng yang rusak akibat gempa bumi di Pidie Jaya, Provinsi Aceh, Selasa (13/12).
Foto: Antara/Rahmad
Kondisi bangunan ruang belajar Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Beuracan Trienggadeng yang rusak akibat gempa bumi di Pidie Jaya, Provinsi Aceh, Selasa (13/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proyek pendirian bangunan permanen pasca gempa Aceh 7 Desember tahun lalu akan menggunakan teknologi Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha). Teknologi tersebut diklaim jauh lebih aman dan tahan gempa.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera) Danis H. Sumadilaga mengatakan, pihaknya telah menyiapkan desain untuk bangunan permanen di Aceh dan pengerjaannya di bawah pengawasan Kemenpupera. Sehinggga kualitas dan mutu struktur bangunan sudah terjamin. 

"Itu yang paling penting nomor satu safety," kata Danis.

Proyek Bangunan Permanen di Aceh Tunggu Perpres

Permintaan anggaran sebasar Rp 166 miliar telah disampaikan Kemenpupera kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai koordinator penanganan. Namun proyek pendirian bangunan permanen di Aceh masih harus menunggu Peraturan Presiden terlebih dahulu. Dikabarkan, anggaran dana akan dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan.

Berdasarkan data Kemenpupera, ada 21 sekolah, 8 madrasah, 18 masjid, 17 meunasah (seperti mushola tapi lebih besar dari umumnya, tidak lebih besar dari masjid), 6 pasar dan 1 rumah sakit yang mengalami rusak berat. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement