Rabu 01 Feb 2017 20:52 WIB

Ini Penyebab Anjloknya Elektabilitas Agus-Sylvi Menurut Poltracking

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Ilham
 Pasangan cagub DKI nomor satu Agus Harimurti-Sylviana Murni mengikuti debat kedua cagub-cawagub DKI Jakarta di Jakarta, Jumat (27/1) malam.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pasangan cagub DKI nomor satu Agus Harimurti-Sylviana Murni mengikuti debat kedua cagub-cawagub DKI Jakarta di Jakarta, Jumat (27/1) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei terbaru Poltracking Indonesia terkait Pilkada DKI 2017 menempatkan elektabilitas pasangan calon Agus Yudhoyono dan Sylviana Murni (Agus-Sylvi) di posisi buncit, dengan perolehan dukungan 25,75 suara. Padahal, jika dibandingkan dengan tiga hasil survei terdahulu yang dilakukan oleh lembaga riset itu, Agus-Sylvi selalu berada di urutan teratas.

Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda AR mengatakan, penurunan elektabilitas pasangan calon yang diusung oleh 'Koalisi Cikeas' itu bukan tanpa alasan. Menurut dia, ada beberapa faktor yang menyebabkan hal itu terjadi.

Faktor yang pertama adalah mulai memudarnya 'efek kejut' yang diberikan oleh Agus-Sylvi. Hanta menuturkan, kemunculan nama pasangan tersebut pertama kali pada September 2016 lalu sama sekali di luar dugaan banyak orang. Ada semacam kejutan yang disuguhkan kepada publik ketika itu, sehingga sebagian dari mereka secara spontan langsung menunjukkan ketertarikannya kepada Agus-Sylvi. Namun, seiring berjalannya waktu, efek kejut yang diberikan pasangan calon nomor urut satu itu mulai berkurang.

"Secara psikologis, ada semacam efek kejut dari Agus-Sylvi yang membuat elektabilitas mereka naik di awal-awal. Tapi setelah dua atau tiga bulan, efek kejut itu akan berakhir. Ibaratnya, masa bulan madu pasangan ini dengan publik sudah selesai," ujar Hanta kepada wartawan di Jakarta, Rabu (1/2).

 

Faktor kedua yang menyebabkan tergerusnya elektabilitas Agus-Sylvi, kata dia, adalah performa mereka yang tidak maksimal ketika menjalani debat publik yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsai DKI, 13 Januari lalu. Hasil survei Poltracking menunjukkan, penampilan Agus-Sylvi di acara itu mendapat penilaian paling rendah dari publik, jika dibandingkan dengan dua pasangan calon lainnya.

Dilihat dari cara komunikasi kandidat dalam debat, pasangan Anies-Sandi mendapat respons positif terbanyak dari publik, yakni 26,88 persen. Selanjutnya, disusul pasangan Ahok-Djarot 23,13 persen, dan terakhir Agus-Sylvi 16,88 persen.

Jika dinilai dari penguasaan masalah yang dibahas dalam debat, Ahok-Djarot dinilai paling unggul dengan perolehan 27,63 persen suara responden. Selanjutnya, diikuti Anies-Sandi 22,63 persen dan Agus-Sylvi 14,88 persen.

Berikutnya, jika dilihat dari pembahasan program kerja dalam debat, Ahok-Djarot juga mendapat penilaian terbaik dari 26,88 persen responden. Anies-Sandi berada di urutan kedua dengan perolehan 23,38 persen. Sementara, Agus-Sylvi lagi-lagi berada di posisi buncit dengan hanya mendapat penilaian terbaik dari 14,13 persen responden.

"Performa tiap-tiap kandidat dalam debat ini sangat penting, meskipun tidak semua orang menonton penampilan mereka di televisi," kata Hanta menjelaskan.

Menanggapi hal itu, anggota tim pemenangan Agus-Sylvi, Roy Suryo mengakui performa calonnya memang masih belum maksimal di acara debat publik pertama KPU, 13 Januari lalu. "Tapi jika dibandingkan dengan sebelum pencalonan, cara komunikasi Mas Agus sebenarnya sudah jauh lebih baik, menurut saya. Dulu, pas dia masih aktif di militer, gaya bicaranya memang agak kaku. Tapi sekarang kekauan itu sudah mulai hilang dan berubah," kata politikus Partai Demokrat itu berkilah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement