REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun mengomentari aksi saling antarpasangan cagub-cawagub Pilkada DKI dalam debat kedua yang digelar di Hotel Bidara pada Jumat (27/1) kemarin. Menurut dia, dari segi gaya komunikasi dan keterampilan komunikasi dalam debat kedua tampak ketiga pasangan memiliki keterampilan komunikasi yang baik.
"Pernyataan saling serang tersebut menunjukan naiknya tensi debat dan adanya upaya untuk saling menjatuhkan lawan pasangan cagub cawagub. Selain itu, tensi debat yang naik juga menjadi hiburan tersendiri bagi publik yang menonton," ujar Badrun dalam siaran persnya, Sabtu (28/1).
Direktur eksekutif Puspol Indonesia tersebut menuturkan, saling serang tersebut misalnya terlihat dari serangan pasangan nomor satu terhadap pasangan nomor dua tentang gaya kepemimpinan pasangan nomor dua yang cenderung represif yang menciptakan ketakutan pegawai, masyarakat, dan yang senang rapat di Balai Kota dengan marah-marah.
Selain itu, lanjut dia, serangan juga muncul dari pasangan nomor urut dua kepada pasangan nomor urut tiga yang kinerjanya saat menjadi Mendikbud dinilai rendah dengan data rangking 22. Serangan balik tersaji oleh pasangan nomor tiga dengan data bahwa posisi 22 itu saat menterinya bukan dirinya, tetapi setelah menjadi Menteri justru naik menjadi peringkat 9.
"Pada kesempatan ini juga pasangan calon nomor tiga melakukan serangan balik kepada pasangan nomor dua dengan menunjukan data Angka Partisipasi Murni (APM) Jakarta Utara yang lebih rendah dari Biak," ucapnya.
Seperti diketahui, terdapat tiga paslon yang tengah bertarung dalam pesta politik Pilkada DKI Jakarta. Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni paslon nomor urut satu. Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat merupakan paslon nomor urut dua. Sedangkan Anies Baswedan-Sandiaga Uno paslon nomor urut tiga.