Sabtu 28 Jan 2017 20:04 WIB

Penjualan Pernak-Pernik Imlek Semarakkan Tahun Baru Ayam Api

Rep: Kabul Astuti/ Red: Andri Saubani
 Pedagang sedang merakit ornamen imlek di Jakarta, Selasa (17\1).
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Pedagang sedang merakit ornamen imlek di Jakarta, Selasa (17\1).

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI – Penjualan pernak-pernik merah khas Imlek meramaikan tahun baru Ayam Api di Kota Bekasi, Jawa Barat. Jalan Mayor Oking, Kelurahan Margahayu, Kecamatan Bekasi Timur menjadi pusat penjualan pernak-pernik Imlek ini.

Di Jalan Mayor Oking itu pula, berdiri klenteng Hok Lay Kiong yang tertua dan terbesar di Kota Bekasi. Klenteng ini selalu ramai dipadati warga keturunan Tionghoa dari Jabodetabek untuk sembahyang pada tahun baru Imlek.

Salah satu penjual pernak-pernik Imlek di Jalan Mayor Oking, Novi (30 tahun), mengatakan tokonya menjual beragam pernak-pernik, khususnya lampion, baju, angpau, bando, dan payung kipas. Aneka aksesoris itu dijual dengan harga berkisar Rp 35 ribu sampai dengan Rp 250 ribu.

"Sehari rata-rata Rp 2 juta sampai Rp 3 juta. Tapi, kalau dibandingkan tahun lalu, sekarang agak menurun. Sepi. Tahun lalu banyak orang dari perkantoran, sekarang tidak," kata Novi, kepada Republika, Sabtu (28/1).  Menurut Novi, kebanyakan pembeli berasal dari warga etnis Tionghoa yang merayakan Imlek.

Komoditas yang paling banyak adalah baju anak-anak dan kertas angpau. Novi melanjutkan, masyarakat sudah mulai ramai mencari aksesoris sepekan jelang imlek.

Pedagang lain, Koh Sendy (27 tahun) menuturkan, setiap hari pengunjung tokonya mencapai ratusan orang. Lokasinya yang berada di dekat Klenteng Hok Lay Kiong, Bekasi Timur membuat toko yang beralamat di Jalan Mayor Oking No 54 Bekasi Timur ini selalu ramai pembeli.

"Kami menjual berbagai perlengkapan imlek, dari peralatan sembahyang sampai pernak-pernik aksesoris," kata Koh Sendy. Ada hio, kertas gin cua, dupa, lilin, angpau gantung, lampion, lampu hias, tempelan shio, kartu ucapan, bunga sakura, barongsai, sampai baju imlek.

Puncak keramaian pembeli biasanya dimulai dua pekan sebelum Imlek. Pasokan berasal dari berbagai daerah, seperti dari Jakarta, Sukabumi, Bekasi, Tangerang, dan Tegal. Menurut Koh Sendy, para pelanggan tokonya paling banyak memburu kue keranjang.

Selain warga keturunan Tionghoa, pembeli berasal dari masyarakat umum dan karyawan yang berbelanja pernak-pernik Imlek untuk menghias kantor. "Masyarakat umum juga banyak yang datang. Orang tua biasanya mampir beli barongsai atau baju buat anak-anaknya," tutur Koh Sendy. Omzet yang dapat diraup dari hasil penjualan pernak-pernik imlek mencapai Rp 6 juta sampai Rp 7 juta per hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement