REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada debat ke dua, Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut satu, Agus Harimurti Yudhoyono berusaha membongkar 'birokrasi yang sudah baik' yang diklaim Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai pejawat.
Agus mengakui ada memang beberapa birokrasi yang sudah bersih. Akan tetapi, berdasarkan pengalamannya di lapangan, ia melihat ada banyak hal yang tidak terungkap. "Pengalaman saya dan Mpok Sylvi bergerilya di lapangan tiga bulan terakhir membuktikan bahwa banyak hal yang tidak terungkap selama ini kepada publik. Banyak sekali daerah yang sangat menyedihkan kondisinya," kata Agus dalam debat sesi ke dua, Jumat (28/1) malam di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan.
Agus menduga yang terjadi selama ini adalah bukan birokrasi yang baik, tapi birokrasi yang penuh dengan rasa takut. "Diancam untuk dicopot, dimutasi, dipindahkan hingga dipenjarakan, dipamerkan di depan publik," ujarnya membeberkan temuannya di lapangan.
Agus menceritakan harga diri para birokrat itu dihancurkan. "Padahal, dia punya keluarga, teman dan kerabat tapi tidak dipedulikan itu semua karena alasan untuk meningkatkan kinerja birokrat. Itu pula menurutnya yang menjelaskan kenapa rapot merah pada kinerja aparatur-aparatur sipil negara di DKI Jakarta, nomor 16 dari 34 provinsi di bawah NTT," ungkapnya.
Agus menduga hal tersebut ada kaitannya dengan kepemimpinan DKI Jakarta yang dilakukan dengan cara yang bukan hanya impulsif, tapi juga represif. "Ini akan mematikan kreativitas dan celakannya kalau anak buah terlalu takut, mereka akan membuat laporan-laporan yang ABS (Asal Bapak Suka)," kata Agus.
Di mata Agus, kondisi seperti itu membahayakan. Aparat pemerintahan akan takut dipecat karena melaporkan hal yang rusak dan kotor. Mereka akan terpicu untuk melaporkan hal yang bagus-bagus saja. "Inilah yang terjadi. Ini masukan dari masyarakat di lapangan," ucapnya.