Sabtu 28 Jan 2017 00:52 WIB

Tangkis Serangan Ahok, Agus Jelaskan Program Pembangunan tanpa Penggusuran

 Pasangan cagub DKI nomor satu Agus Harimurti-Sylviana Murni mengikuti debat kedua cagub-cawagub DKI Jakarta di Jakarta, Jumat (27/1) malam.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pasangan cagub DKI nomor satu Agus Harimurti-Sylviana Murni mengikuti debat kedua cagub-cawagub DKI Jakarta di Jakarta, Jumat (27/1) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon Gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan satu Agus Harimurti Yudhoyono menjelaskan cara membangun tanpa menggusur, khususnya di kawasan bantaran kali, yakni mengubah bangunan horizontal menjadi vertikal. "Caranya dilakukan dengan mengalokasikan lahan yang ada. Horizontal menjadi vertikal, lahan digunakan dapat menjadi hunian layak dan tidak mengganggu sungai," kata dia dalam debat kedua yang digelar KPU Provinsi DKI di Jakarta, Jumat malam.

Agus yakin hunian bisa ditata tanpa menggusur semena-mena dengan membangun di lokasi yang sama agar warga hunian tidak kehilangan lapangan pekerjaan serta hak kepemilikan. Dengan meremajakan kampung dan tidak mencabut warga dari habitat aslinya, status dan martabat warga terjaga. "Masyarakat mau bergeser sedikit, bukan menggusur hunian. Dengan cara seperti itu tidak kehilangan kepemilikan. Status dan mertabat terjaga," kata cagub yang diusung empat partai itu.

Agus melihat negara lain telah melakukan kebijakan itu dan berhasil. Ia menekankan hal tersebut dapat diwujudkan dengan keinginan pimpinan. Alasan normalisasi atau motif lain yang menghancurkan rumah rakyat, kata suami model Annisa Pohan itu, justru menimbulkan masalah sosial berupa ketimpangan.

Baca juga: Tanggapi Agus, Ahok: Gimana Bisa Dapat Lahan 390 Hektare Tanpa Penggusuran?

Yang membedakannya dengan pasangan lain sehingga akan menjalankan pembangunan tanpa penggusuran, menurut Agus, adalah pihaknya bisa kreatif, inovatif dan terbuka menerima masukan. "Jadi masyarakat rela direlokasi, bukan digusur paksa. Kami ingin masyarakat hidup baik. Tidak memiliki trauma," kata Agus.

Ada pun Agus menawarkan program rumah rakyat lantaran kepemilikan rumah di Jakarta masih sangat rendah, yakni baru 47 persen. Program rumah rakyat juga untuk mengatasi banyaknya kawasan permukiman kumuh dengan penataa.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement