REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Para nelayan di Kabupaten Jembrana, beberapa hari terakhir ogah melaut dikarenakan angin kencang. Nelayan di Desa Yeh Sumbul, Mendoyo, Ateng, mengaku sudah beberapa hari terakhir memarkir jukungnya di darat.
"Selain angin kencang, ombak juga besar. Ini bisa merusak mesin dan juga jukung kami," katanya kepada Republika, Senin (23/1).
Ateng menyebutkan, kalau terjadi hujan di tengah laut, para nelayan juga susah melempar jaringnya. Apalagi kalau hujan badai, maka sudah dipastikan nelayan tidak bisa melanjutkan uapayanya menangkap ikan.
"Beberapa hari lalu karena badai dan ombak besar, as mesin jukung saya patah. Iya harus diperbaiki di tengah laut, untung bawa cadangan," katanya.
Ateng menyebutkan, cuaca buruk belakangan kerap terjadi di laut selatan Pulau Bali, dimana kondisi seperti itu, tidak biasa terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Biasanya sebut Ateng, musim hujan hanya turun tiga atau empat bulan, namun kali ini hujan turun sudah lebih dari enam bulan.
Apalagi sebutnya, sebentar lagi akan ada tahun baru Cina atau Imlek, dimana dipastikan gelombang akan besar. Sehingga sebut Ateng, para nelayan memilih tidak turun ke laut untuk mencari ikan. "Mungkin pertengahan Pebruari baru kami melaut lagi. Memang begitu keadaan laut sekarang ini, yang akhirnya mempengaruhi ekonomi para nelayan," katanya.