Senin 23 Jan 2017 18:50 WIB

Pengamat: Debat Kedua Harus Banyak Bicara Data dan Fakta

Rep: Amri Amrullah/ Red: Bilal Ramadhan
 Paslon Cagub dan Cawagub DKI Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno usai mengikuti debat publik perdana di Jakarta, Jumat (13/1) malam.
Foto: Republika/Prayogi
Paslon Cagub dan Cawagub DKI Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno usai mengikuti debat publik perdana di Jakarta, Jumat (13/1) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Debat ke dua kandidat tiga pasangan calon gubernur (cagub) DKI Jakarta akan digelar Jumat 27 Januari pekan ini. Pada debat putaran pertama, Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Firman Noor menilai apa yang disampaikan para kandidat masih sebatas retorika tanpa dukungan data.

"Debat pertama masih ada retorika yang tidak didukung data yang mumpuni. Padahal data berseliweran sesuai dengan kebutuhan," kata Firman kepada Republika.co.id, Senin (23/1).

Ia menilai pada debat kedua sebaiknya asal bicara tanpa data itu sebaiknya tidak lagi terjadi. Dan kandidat pun, menurutnya tidak terjebak sebagai 'post truth politician' dengan memberikan sesuatu yang tidak proportional, baik dalam mempertahankan pendapat atau menyerang.

Kemudian, kata dia, perdebatan masih banyak pada persoalan klasik. Memang ini pada akhirnya tergantung dari pertanyaan dari moderator juga. Namun hendaknya harus disisipi sesuatu yg bersifat visionary, agar ada daya gugah bagi para pemilih tentang dari mana mau kemana Jakarta dan warganya ini.

"Jadi persoalan data/critical analysis, sikap atau kemampuan menempatkan diri menjadi milik semua dan visi yang jauh kedepan (man with clear vission to reach mission) harusnya mampu mewarnai perdebatan berikutnya," ujar Firman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement