REPUBLIKA.CO.ID, TABANAN - Anggota DPD RI asal Bali, Arya Wedakarna, menyatakan masalahnya dengan Ponpes Bali Bina Insani (BBI), Tabanan Bali sudah selesai. Kedua belah pihak sempat berselisih paham tentang rencana penampilan tarian Bali, yakni tari Puspanjali. "Setelah ini masalah yang ada, kita nyatakan sudah selesai," kata Wedakarna menarik kesimpulan menjelang akhir acara dialog yang berlangsung di Museum Subak, Kabupaten Tabanan, Kamis (19/1).
Dialog yang rencananya berlangsung di Kantor Bupati Tabanan, mendadak dipindah ke Museum Subak. Bupati Tabanan Eka Wiryastuti yang berhalangan hadir, diwakili Sekda setempat, Nyoman Wira Ariwangsa. Sedangkan dari Ponpes BBI, antara lain diwakili Direktur Ponpes, Ketut Imaduddin Jamal dan penasihat Agus Bambang Priyanto.
Dua poin lainnya yang menjadi kesimpulan Wedakarna dalam dialog yang kemudian ditandatangani sejumlah peserta dialog adalah menyangkut cara mengatur agar tarian Bali bisa lebih terjaga. Dia mengatakan Gubernur atau Pemkab perlu membuat aturan tentang penampilan tari Bali di masyarakat.
Wedakarna menyatakan, karena tarian Puspanjali tidak jadi ditampilkan dalam acara kunjungan peserta BDF di Ponpes BBI 9 Desember tahun lalu, persoalannya sebenarnya sudah selesai. Namun dia menyatakan masalahnya adalah justru pada surat dari pengasuh Ponpes BBI kepadanya, yakni pada poin enam. Poin tersebut menyebutkan bahwa dia tidak punya alasan mengunggah penampilan yang batal itu ke media sosial.
"Masalahnya ada pada surat itu, yang juga diunggah di Facebook. Saya ingin mendapat penjelasan, mengapa saya tidak boleh mengunggahnya ke FB. Ini kan untuk trasparansi, agar konstituen saya tahu masalahnya," kata Wedakarna.
Jamal dalam kesempatan itu pun menjelaskan bahwa masalahnya adalah karena Wedakarna lebih dahulu mengunggah persoalan tari Puspanjali ini ke Facebook. Unggahannya itu antara lain meminta Presiden mengganti Menlu Retno Marsudi, karena dianggapnya salah meminta Ponpes BBI menampilkan tarian Bali dengan kostum Muslimah. "Kenapa urusan yang begitu diunggah ke Facebook. Lagi pula, tarian itu batal ditampilkan," kata Jamal.
Sementara itu terkait penampilan tarian Puspanjali, mantan Rektor ISI Yogyakarta, I Made Bandem mengatakan, bahwa tari Puspanjali bukan tarian sakral dan tidak terkait dengan upacara keagamaan. Tari Puspanjali, dia mengatakan adalah tari kreasi baru yang kebetulan penciptanya adalah istrinya sendiri Swasthi Bandem.
"Tarian itu untuk menyambut para tamu, yang boleh ditampilkan dalam acara-acara seremonial. Jadi tarian itu secara langsung tidak ada hubungannya dengan agama," katanya.
(Baca: Pesantren di Bali Inginkan Kreasi Tari Bali Khas Muslim)