Rabu 18 Jan 2017 22:48 WIB

Sumarsono: Jakarta Membutuhkan Percepatan Kereta MRT

Rep: Noer Qomariah Kusunawardhani/ Red: Karta Raharja Ucu
Suasana pembangunan dari atas proyek pembangunan sarana transportasi massal Mass Rapid Transit (MRT), di Jalan Fatmawati, Jakarta.
Foto: Antara
Suasana pembangunan dari atas proyek pembangunan sarana transportasi massal Mass Rapid Transit (MRT), di Jalan Fatmawati, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Sumarsono mengatakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membutuhkan percepatan terkait proyek kereta Mass Rapid Transit (MRT). Kereta MRT ini diprediksi selesai pada Februari 2019 atau lebih cepat tiga bulan dibanding target awal Juni 2019.

Hal itu dikarenakan 135 bidang tanah yang dibebaskan sudah diselesaikan. 10 tanah diantaranya dibebaskan dengan konsinyasi. "Posisinya jadi tanah tadi sudah selesai dan kita percepat karena sudah ada aturan dari setelah kita bertemu menteri agraria semua sudah selesai," ujar Sumarsono di RSUD Tarakan Gambir Jakarta Pusat, Rabu (18/10).

Selanjutnya untuk mempercepat pembangunan Stasiun MRT Haji Nawi, pria yang akrab disapa Soni ini mengatakan akan menutup Jalan Fatmawati sepanjang 400 meter dalam jangka waktu 4 Februari hingga 11 Agustus 2017. Hal tersebut dilakukan, karena pembangunan ini memerlukan ruang untuk peralatan dan sebagainya.

"Rekayasa lalu lintas akan dilakukan dan akan segera disosialisasikan setelah Pemerintah Provinsi bertemu dengan Dirlantas Polda Metro Jaya," katanya.

Selain itu, Sumarsono juga menjelaskan mengenai kereta. Hasil kunjungan Pemprov DKI Jakarta bersama MRT menghasilkan laporan hasil semua gerbong kereta sesuai dengan yang diharapkan bersama.

"Sembilah puluh lima persen kondisinya sama seperti yang kita harapkan. Hanya ada lima persen yaitu ujung dari kepala lokomotif yang nampaknya ada komentar dan dibahas detail," ujarnya.

Sebelumnya, Sumarsono sempat menyebutkan kepala kereta terlihat seperti jangkrik. Karena kepala kereta MRT tersebut seperti memiliki taring dan berwarna hijau. "Kemudian ada penyesuaian dari warna yang hijau yang ada gigi taringnya yang saya bilang seperti jangkrik, itu adalah laporan dari tim pemerintah RI, timnya pemerintah provinsi, bersama timnya MRT yang ke Jepang melaporkan kondisi hijau mengalami alternatif perubahan kondisi yang biru, yang lebih sporty, yang lebih aero dinamis," katanya.

Karena itu, Sumarsono mengatakan, saat ini kepala kereta tersebut memiliki dua alternatif pilihan. "Bukan kita melakukan redesign, bukan. Tapi adalah mukanya ada dua pilihan, kita pengen yang lebih aero dinamis dan pilihannya pada yang biru. Ini akan kita laporkan pada pimpinan untuk memilih terutama nanti melalui menteri sekneg akan kita hadapkan dua alternatif ini mana yang akan dipilih," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement