Selasa 17 Jan 2017 22:20 WIB

Serangan Tikus, Tanam Ulang, dan Lonjakan Harga Winian

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Maman Sudiaman
Petani usir hama tikus (ilustrasi)
Foto: Antara
Petani usir hama tikus (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU –- Areal tanaman padi di sejumlah daerah di Kabupaten Indramayu terpaksa harus tanam ulang akibat serangan tikus yang merajalela di wilayah ini. Kondisi ini juga memicu melonjaknya harga benih padi siap tanam atau yang dikenal petani dengan istilah winian.

Wakil Ketua KTNA Kabupaten Indramayu, Sutatang menyebutkan, winian sebenarnya biasa ditanam sendiri oleh petani. Bahkan, winian akan dibuang percuma saat kebutuhannya sudah terpenuhi.‘’Kalau ada petani lain yang meminta pun akan diberikan secara gratis,’’ terang Sutatang, Selasa (17/1).

Namun, terang Sutatang, serangan tikus dan keong yang melanda sejumlah daerah membuat petani harus melakukan tanam ulang. Pasalnya, tikus dan keong membuat tanaman padi maupun persemaian yang baru ditanam jadi mati. Akibatnya, para petani membutuhkan winian siap tanam untuk ditanam di lahan masing-masing. Mereka tak memiliki waktu lagi untuk menanam kembali persemaian dari awal.

Kondisi itulah yang menyebabkan harga winian melonjak tajam. Saat ini, harga winian bisa mencapai Rp 5.000 per ikat. Untuk lahan satu hektare, dibutuhkan sebanyak 500 ikat winian. ‘’Petani jadi harus mengeluarkan modal tambahan. Selain untuk membeli winian, mereka juga harus membayar upah buruh untuk melakukan tanam ulang,’’ tutur Sutatang.

Sutatang menyebutkan, serangan tikus dan keong itu di antaranya terjadi di Kecamatan Balongan, Sliyeg, Indramayu, Kandanghaur, Sukra, Patrol dan Kroya. Untuk tanaman padi yang diserang keong di daerah-daerah itu, umurnya masih kurang dari 15 hari. Sedangkan tanaman padi yang diserang tikus, umurnya bervariasi.

‘’Serangannya tikus dan keong itu terjadi secara spot-spot, tidak menyeluruh,’’ terang Sutatang.

Sutatang menilai, banyaknya serangan tikus dan keong tersebut terjadi akibat siklus makanannya yang tidak terputus. Pasalnya, banyak petani yang melakukan tanam ketiga (gadu II 2016) karena tingginya curah hujan sepanjang 2016. 

Salah seorang petani asal Kecamatan Indramayu, Taryono mengakuinya adanya ancaman tikus pada tanaman padi. Menurutnya, hal tersebut membuat petani yang lahannya diserang tikus harus melakukan tanam ulang. "Serangannya memnag masih spot-spot," tutur Taryono.

Untuk melakukan tanam ulang itu, lanjut Taryono, para petani ada yang membeli winian siap tanam dari petani lainnya. Pasalnya, untuk membuat persemaian ulang, akan membutuhkan waktu yang lama.

Tak hanya di Kabupaten Indramayu, kondisi serupa juga terjadi di Kabupaten Cirebon. Di daerah tersebut, tikus dan keong mas menyerang sejumlah kecamatan, di antaranya Arjawinangun, Panguragan, Kapetakan dan Gegesik.

"Setiap hari petani melakukan gropyokan bisa dapat 2.000 – 4.000 ekor tikus sekali gropyokan," kata Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Cirebon, Tasrip Abu Bakar.

Tasrip menjelaskan, serangan tikus dan keong mas itu telah membuat tanaman padi menjadi rusak. Petani pun terpaksa harus melakukan tanam ulang. Untuk areal yang terserang tikus, petani melakukan tanam ulang dengan sistem tambal sulam. Sedangkan tanaman padi yang terserang keong mas bahkan ada yang melakukan tanam ulang secara keseluruhan.

Untuk memperoleh winian guna kepentingan tanam ulang, Tasrip menyebutkan, petani harus membelinya. Adapun harga winian saat ini berkisar antara Rp 3.000 – Rp 5.000 per ikat.

‘’Tapi kalau sesama anggota kelompok tani, bisa dapat winian secara gratis dari anggota lainnya,’’ tandas Tasrip.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement