Selasa 17 Jan 2017 17:29 WIB

Ahok-Djarot Diprediksi Sulit Menangi Putaran Kedua

Rep: Dian Erika N/ Red: Ilham
Peneliti Lingkaran Survei Indonesia ( LSI ) Ardian Sopa.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Peneliti Lingkaran Survei Indonesia ( LSI ) Ardian Sopa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Ardian Sopa mengatakan, paslon pejawat Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Syaiful Hidayat berpotensi sulit memenangi putaran kedua Pilkada DKI Jakarta. Selain faktor sentimen anti-Ahok, banyak masyarakat DKI Jakarta menginginkan figur gubernur baru.

Menurut survei LSI, paslon Ahok-Djarot masih membutuhkan tambahan dukungan sekitar 17 persen agar bisa unggul di putaran pertama pilkada. Paslon petahana ini dinilai tetap memiliki peluang melaju ke putaran kedua.

"Namun, jika sentimen anti-Ahok tetap kuat atau lebih menguat, paslon pejawat diperkirakan sulit memenangkan putaran kedua," ujar Ardian di Kantor LSI, Jakarta Timur, Selasa (17/1).

Diakui pihaknya, ada beberapa faktor yang menghambat paslon pejawat. Pertama, persentase masyarakat yang tidak menginginkan gubernur berstatus terdakwa mencapai 60 persen.

Sebanyak 50 persen masyarakat Jakarta pun tidak ingin jika gubernur yang akan datang pernah melakukan tindakan menistakan agama. Sementara itu, sekitar 65 persen masyarakat ingin mendapat sosok baru yang memimpin Jakarta. "Jika di putaran kedua paslon pejawat berhadapan dengan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, maka ada potensi sulit menang. Dukungan untuk Agus-Sylvi saat ini menguat," kata dia.

Berdasarkan survei LSI, paslon Agus Yudhoyono-Sylviana Murni masih membutuhkan sekitar 13,3 persen suara untuk unggul di putaran pertama. Paslon Ahok-Djarot harus mencari tambahan dukungan sekitar 17 persen untuk memenangi putaran pertama. Sementara itu, paslon Anies Baswedan-Sandiaga Uno masih harus menambah dukungan sekitar 28 persen untuk memenangi putaran pertama.

Survei LSI dilaksanakan pada 5-11 Januari 2017 dengan metode multistage sampling. Survei ini menyasar 880 responden dengan wawancara tatap muka menggunakan kuisioner. Margin eror dari penelitian ini tercatat sekitar 3,4 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement