Selasa 17 Jan 2017 08:52 WIB

Pembinaan Madrasah Ditingkatkan Antisipasi Tawuran

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Angga Indrawan
Proses belajar di madrasah
Foto: Damanhuri/Republika
Proses belajar di madrasah

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Sleman berencana untuk meningkatkan pembinaan pelajar di lingkungan madrasah. Ini dilakukan guna menekan angka kejadian klithih atau tawuran. Pembinaan dilakukan di antaranya melalui aktivitas bimbingan konseling dan penyuluhan.

Setidaknya ada 54 penyuluh yang siap diterjunkan untuk memberikan pengarahan di madrasah. “Kami akan lakukan penyuluhan kepada siswa. Sebenarnya ini sudah berjalan sebelumnya, tapi kami akan efektifkan lagi untuk mengantisipasi aksi klithih,” kata Koordinator Penyuluh Kemenag Sleman, Sri Hermayanti, Selasa (17/1).

Menurutnya, program belajar bagi siswa kelas XI memang agak longgar. Berbeda dengan program siswa kelas X yang disibukkan dengan pengenalan lingkungan madrasah, dan siswa kelas XII yang bersia-siap menghadapi ujian nasional.

Karena itu siswa kelas XI cenderung mencari aktivitas lain di luar kegiatan sekolah. Namun jika tidak terakomodasi dengan baik, para siswa ini bisa terlibat dengan lingkungan pertemanan pelaku klithih. “Makanya, korban klitih dan pelaku kekerasan kebanyakan merupakan siswa kelas XI,” ujar Sri.

Sementara itu, Kepala Kemenag Sleman, Zainal Abidin mengatakan sudah mengintruksikan pada guru-guru madrasah di kabupaten setempat untuk meningkatkan pengawasan. Untuk mengintegrasikan program pembinaan, ia juga meminta agar aktivitas penyuluhan dapat dilakukan dengan instansi lain seperti BKKBN melalui program PIK-R.

Zainal mengimbau agar siswa dan siswi menjunjung nilai-nilai dan norma agama yang diajarkan di madrasah. Mereka dilarang terlibat dalam aksi kekerasan dan kriminalitas seperti klitih. Jika terbukti terlibat, siswa tersebut akan dikeluarkan dari madrasah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement