Senin 16 Jan 2017 17:26 WIB

Mengenal GMBI

Rep: Kabul Astuti/ Red: Esthi Maharani
Massa dari Gerakan Masyarakan Bawah Indonesia (GNBI) berkumpul di depan Markas Polda Jabar, Jalan Sokarno Hatta, Kota Bandung, Kamis (12/1). Kedatangan massa GMBI tersebut untuk mengawal jalannya pemeriksaan Habib Rizieq.
Foto: Mahmud Muhyidin
Massa dari Gerakan Masyarakan Bawah Indonesia (GNBI) berkumpul di depan Markas Polda Jabar, Jalan Sokarno Hatta, Kota Bandung, Kamis (12/1). Kedatangan massa GMBI tersebut untuk mengawal jalannya pemeriksaan Habib Rizieq.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Setelah bentrokan yang melibatkan massa Front Pembela Islam (FPI) dan Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia (GMBI) di Kota Bandung, Jawa Barat, banyak orang bertanya-tanya mengenai LSM ini. Sejumlah selentingan dan kabar miring beredar.

Ditemui di Sekretariat LSM GMBI RT 03/RW 03, Kelurahan Harapan Mulya, Kec Medansatria, Kota Bekasi, Jawa Barat, Senin (16/1) tampak beberapa orang pengurus dan anggota GMBI sedang duduk-duduk mengobrol. Ada pula dua orang perempuan di antara mereka.

Tampilan mereka yang tinggi, besar, kekar, mengenakan kalung atau anting, serta ada pula yang bertato, sempat membikin nyali ciut. Tapi, setelah Republika memperkenalkan diri, dengan ramah tamah mereka menyambut.

Ketua Korwil III GMBI Kota Bekasi Zakaria, menuturkan GMBI adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang sosial. "Kita membantu masyarakat yang tertindas dan termarginalkan dari kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak pada masyarakat," kata Zakaria yang akrab disapa Abah oleh anggota GMBI, kepada Republika.co.id, Senin (16/1).

Lelaki 56 tahun ini sudah sepuluh tahun menjadi Ketua GMBI, membawahi wilayah III yang terdiri dari Purwakarta, Subang, Karawang, Kabupaten Bekasi, dan Kota Bekasi. Abah Zakaria menjelaskan, LSM GMBI mengadvokasi warga yang membutuhkan bantuan, baik di sektor pemerintahan, sosial, maupun ekonomi, seperti para pedagang kecil.

Ada beberapa divisi di GMBI, salah satunya divisi investigasi, divisi pengamanan, LBH, divisi nonligitasi, dan beragam divisi lain. Menurut Abah Zakaria, GMBI juga mempunyai aset-aset usaha untuk memberdayakan anggota. Termasuk, beberapa perusahaan, tempat parkir, dan jasa transportasi. Ia tidak menampik soal kedekatan dengan pengusaha limbah B3.

"Oh iya. Kita juga pengen berdaya hidup," sahut dia.

Anggota GMBI berasal dari mana saja, terutama dari kalangan masyarakat bawah. Mulai dari Pedagang Kaki Lima (PKL), tukang ojek, mantan narapidana, dan sebagainya. Ia tak menampik bahwa ada mantan narapidana atau preman dalam keanggotaan GMBI. Menurut Abah, mereka semua dalam proses pembinaan di GMBI. Jumlah anggota GMBI di Kota Bekasi sekitar 1000 orang.

Setelah bentrokan berdarah dengan FPI di depan Mapolda Jawa Barat pekan kemarin, kantor GMBI di beberapa kota dalam penjagaan ketat polisi. Begitu pula, di Kota Bekasi. Senin (16/1) siang, tampak sekitar lima anggota Polres Metro Bekasi Kota melakukan penjagaan di markas GMBI.

Menurut Abah Zakaria, kondisi di GMBI Kota Bekasi pascabentrokan secara umum biasa saja. Tidak ada sesuatu yang mengkhawatirkan terjadi. Ia juga mengimbau agar anggotanya tidak mudah terprovokasi oleh aksi-aksi balasan. Menurut Abah, komunikasi dengan FPI Kota Bekasi sebelum insiden ini tidak pernah ada masalah.

"Komunikasi (dengan FPI) sebelum-sebelumnya bagus. Kami satu komando dengan ketua umum, berangkat untuk menyikapi penghinaan terhadap Pancasila. Kami ikut, karena di GMBI NKRI harga mati. Siapapun istilahnya yang menistakan Pancasila pasti berbenturan dengan GMBI," tegas Abah Zakaria.

Ia menyatakan, posisi GMBI di Mapolda Jawa Barat sedang mengawal proses hukum kasus dugaan penistaan Pancasila yang melibatkan Ketua Umum FPI, Habib Rizieq Shihab. Terkait bentrokan dengan FPI, pihaknya menyerahkan penyelidikan kasus ini kepada pihak kepolisian. "Kami ingin proses hukum berjalan. Kalau memang dari pihak GMBI salah ya proses seperti yang lain," tegas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement