Senin 16 Jan 2017 09:10 WIB

Sepanjang 2016, Kerugian Akibat Bencana di Sukabumi Rp 9,3 Miliar

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Andi Nur Aminah
Simulasi penanganan bencana kebakaran, digelar sebagai tindakan pertama pencegahan kebakaran dan meningkatkan kewaspadaan akan bencana kebakaran.
Foto: Dede Lukman Hakim
Simulasi penanganan bencana kebakaran, digelar sebagai tindakan pertama pencegahan kebakaran dan meningkatkan kewaspadaan akan bencana kebakaran.

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Kerugian akibat bencana alam di Kota Sukabumi di sepanjang 2016 lalu cukup besar. Pasalnya, dari Januari hingga Desember lalu total kerugian akibat bencana mencapai sekitar Rp 9,3 miliar. "Total nilai kerugian akibat mencapai sebesar Rp 9.359.500.000," ujar Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi Zulkarnain Barhami kepada Republika.co.id, Senin (16/1).

Jumlah tersebut merupakan hasil rekapitulasi dari nilai kerugian bencana di sepanjang 2016. Kerugian akibat bencana kebakaran terang Zulkarnain paling besar dibandingkan yang lain. Total nilai kerugian akibat bencana kebakaran sebesar Rp 7.261.000.000.

Kerugian yang paling besar adalah terbakarnya sejumlah kios di Pasar Pelita Sukabumi. Peristiwa tersebut terjadi pada 13 Mei 2016 lalu. Selanjutnya ungkap Zulkarnain, kerugian bencana akibat tanah longsor sebesar Rp 858 juta. Selain itu banjir genangan menyebabkan kerugian sebesar Rp 555 juta, angin topan atau puting beliung Rp 425,6 juta dan bencana lain-lain Rp 260 juta.

Di sisi lain lanjut Zulkarnain, jumlah kasus bencana pada 2016 ini melebihi tahun sebelumnya. Pada 2016 jumlah kasus bencana mencapai sebanyak 187 kasus. Sementara pada 2015 lalu hanya sebanyak 142 kasus.

"Jenis bencana yang paling banyak terjadi adalah longsor sebanyak 64 kejadian," kata Zulkarnain. Bencana lainnya yakni banjir genangan sebanyak 45 kejadian, angin topan sebanyak 35 kasus, kebakatan 20 kejadian, gempa bumi tiga kali kejadian, dan bencana lain-lain sebanyak 20 kejadian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement