Sabtu 14 Jan 2017 10:22 WIB

Bupati Banyuwangi: Daerah Ibarat Sajadah Luas

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas (kiri) berjabat tangan dengan Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widyatmoko (kanan) usai mengikuti pelantikan di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Jawa Timur, Rabu (17/2).
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas (kiri) berjabat tangan dengan Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widyatmoko (kanan) usai mengikuti pelantikan di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Jawa Timur, Rabu (17/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI - Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengibaratkan daerah sebagai sajadah luas yang membuat semua elemen bisa berkiprah banyak untuk membantu masyarakat yang dalam kacamata agama berarti memiliki nilai ibadah. "Daerah ini ibarat sajadah yang luas, ladang ibadah kalau kita mau bantu pengembangannya," ujar Anas di Banyuwangi, Sabtu (14/1).

Perumpamaan "sajadah" yang luas ini, kata Anas, kerap dia sampaikan untuk memotivasi kalangan birokrasi agar senantiasa berinovasi dan bekerja melayani publik secara optimal. Birokrasi didorong bukan bekerja sebagai kewajiban, tetapi kesadaran untuk melayani masyarakat sesuai tugasnya. 

"Kalau berangkat karena kesadaran, menjalankan tugas menjadi lebih ringan karena dilandasi rasa senang. Selalu terpacu untuk berbuat lebih, karena ada nilai ibadahnya. Tapi ya memang belum semua punya kesadaran itu karena mengubah paradigma dan budaya birokrasi ini bukan perkara gampang dan cepat," ujar Anas.

Anas menambahkan dengan semangat dan kerja bersama, birokrasi menjadi solid dan ego sektoral secara bertahap semakin terkikis. "Masalah ego sektoral ini paling berat di birokrasi karena pasti mikirnya soal ini anggaran siapa, ini dinas siapa, ini badan siapa. Maka perlu instrumen untuk menyatukan. Sebagai bupati beberapa tahun terakhir ini, saya bisa menyimpulkan, kalau birokrasi solid dan kompak,  minimal 50 persen program sudah tergarap sukses. Sisanya tinggal evaluasi, pengawasan, dan beri motivasi terus," kata Anas.

Persoalan lain yang juga penting, ujar Anas, adalah memupuk kreativitas. Karena terbiasa bekerja dengan segudang regulasi, terkadang birokrasi menjadi kaku. Program-programnya normatif, berbasis anggaran, dan tidak bersifat terobosan. Padahal kreativitas penting karena permasalahan di masyarakat itu dinamis.

"Kunci kreativitas adalah bisa optimal dengan sumber daya minim. Tidak melulu bicara anggaran. Alhamdulillah di Banyuwangi beberapa program lahir dari kreativitas birokrasi, seperti Banyuwangi Festival, pemberantasan buta aksara, atau pengentasan anak putus sekolah yang tak selalu bicara APBD, tapi mengoptimalkan apa yang ada. Juga pelatihan ekonomi warga yang memanfaatkan fasilitas laboratorium SMK, tak perlu lagi pengadaan alat-alat, sehingga anggaran dihemat," ujar Anas.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement