REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut dua, Basuki Tjahja Purnama atau Ahok menilai debat kandidat pertama yang digelar KPUD DKI Jakarta lebih kepada membangun opini masyarakat. Pejawat tersebut menyesalkan, karena seharusnya debat kandidat menjadi ajang untuk mengkritisi kinerja pejawat seperti dirinya dan Djarot Saiful Hidayat.
"Kami senang ada debat, karena jadi tempat mereka yang ingin menjadi Gubernur untuk mengoreksi dan menawarkan program yang lebih baik," ujar Ahok usai menjalani debat kandidat yang diselenggarakan oleh KPUD DKI di Hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan, Jumat (13/1).
Namun, sambung Ahok, dalam debat perdana, kedua pasangan calon lawannya justru mengarahkan untuk membangun opini yang salah. Seharusnya, pasangan calon lain bisa mengajukan program yang lebih baik dari yang sudah ia kerjakan selama ini bersama Djarot.
"Seperti tadi ada yang bilang Transjakarta tidak ada penumpangnya, dia tidak tahu Transjakarta naik 32 persen satu tahun. Jadi 2015 sampai 2016 Transjakarta yang mengangkut sekitar 8 juta, sekarang sudah 11,58 juta," kata Ahok.
Bahkan, kata dia, Transjakarta sudah menambah 55 rute baru. "Terus seolah-olah kami tak suka orang miskin, hanya pro orang kaya sehingga perbedaan gini rasio tinggi. Itukan opini yang salah," kata Ahok.
Ahok pun melanjutkan, ihwal bantuan langsung tunai, menurutnya program tersebut tidaklah manusiawi. Mantan politisi Partai Gerindra itu menilai lebih efektif memberikan program Kartu Jakarta Pintar (KJP) dibandingkan memberikan BLT.
"Saya tanya deh mau bantu berapa sih orang miskin? Rp 400 ribu sebulan katanya. Gimana nentuin orang miskin untuk bantuan tunai? Saya yakin kalau ditanya sama orang yang dianggap miskin di Jakarta, kamu mau terima Rp 400 ribu sebulan atau anak anda semua dapat KJP? SMA Rp 600 ribu, kalau punya tiga anak dapat Rp 1,8 juta. Jadi bantuan kami lebih besar daripada yang ditawarkan. Kami ini pro-orang miskin, tapi kami juga atas nama keadilan bukan merampok orang kaya. Makanya kami juga bantu mereka dengan baik," jelas Ahok.
Ahok juga mengaku heran dengan pendapat salah satu calon yang enggan menerapkan standar internasional. Menurut Ahok, bila ingin membangun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang unggul maka harus bisa bisa bersaing di kancah internasional.
"Contoh, ini kan jadi opininya jadi agak membingungkan, misal contohnya kita tak ingin menggunakan standar internasional untuk bangun Jakarta. Loh, kalau kita mau hidupnya maju di jaman global mesti internasional standarnya. Tetapi, budayanya jangan nyontek yang internasional, kita punya nilai budaya bangsa sendiri. Kalau berlomba ya mesti internasional dong. Misal sekolah, Indonesia sekarang nomor tiga dari bawah dari 180 negara. Harusnya kita targetkan 30 dong. Masa, kita bawa mobil, kamu masih mau naik kuda enggak? Orang di luar sudah naik mobil bagus masa kita masih pakai kuda," kata Ahok.
Ahok berharap, debat selanjutnya bisa lebih lebih bermutu. Karena tujuan debat kandidat adalah untuk kritisi kinerja pejawat. "Kami sebagai manusia kan tentu ada kekurangan, kita lakukan ini kan bukan untuk bersaing, tapi untuk saling berlomba-lomba supaya orang Jakarta lebih menjadi orang yang sejahtera, modern, unggul," kata Ahok.